Menakar Partisipasi Anak Muda Terhadap Pilpres 2024

Menakar Partisipasi Anak Muda Terhadap Pilpres 2024
Ilustrasi/net.

MONITORDAY.COM - Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 tergolong masih lama, namun aroma-aromanya sudah tercium dari sekarang. Sejumlah anggota partai politik yang duduk di parlemen hingga menteri telah mulai berkampanye menggunakan baliho maupun media sosial.

Namun, penerapan kampanye melalui baliho merupakan cara konvensional dianggap kurang mampu meningkatkan elektabilitas mereka, karena saat ini berada di era transformasi digitalisasi yang banyak memanfaatkan platform media sosial, terutama bagi anak muda yang merupakan suara terbanyak untuk bisa menentukan siapa pemimpin Indonesia pada tahun 2024.

Suara anak muda bisa menjadi suara penentu, jika calon presiden dan wakilnya bisa menguasai dan menarik simpati anak muda untuk mendukung mereka, maka kemungkinan besar mereka akan memenangkan pada pemilu 2024.

Kendati demikian, pada saat ini sebagian anak muda tengah acuh tak acuh terhadap peta perpolitikan Indonesia, mereka sibuk dengan dunia sendiri sehingga tidak peduli dengan politik negaranya.

Pasalnya, arah pergerakan anak muda sulit ditebak, meskipun ada beberapa anak muda yang tergabung dalam organisasi masyarakat (ormas) dan di organisasi pendidikan ataupun akademik.

Ketika ingin menarik simpati anak muda, maka harus bisa masuk ke dalam dunianya. Dunia anak muda sekarang berada di dunia media sosial, usaha, dan perkumpulan-perkumpulan di tempat café.

Anak  muda saat ini kurang peduli terhadap pesta demokrasi, karena menurut mereka politik negara hanyalah dunia penuh omong kosong yang tidak menghasilkan apa-apa untuk mereka, dan tidak ada dampak besar untuk mereka.

 Ini bisa jadi akibat kurangnya interaksi, sosialisasi, kontribusi, dan kolaborasi antara kontestan pilpres bersama komunitas-komunitas anak muda.

Sensus penduduk pada tahun 2020 menyatakan bahwa generasi milenial atau generasi Z mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87%. Data tersebut menyatakan bahwa arah gerak bangsa ditentukan oleh anak  muda.

Besarnya jumlah pemilih usia muda ini menjadikan anak muda sebagai kelompok pemilih yang berpotensi menentukan pemimpin dan arah pembangunan negara dengan berbagai perubahan besar bangsa  yang berkemajuan dan berkelanjutan.