Memulihkan Ekonomi dengan Menekan Laju Omicron

MONITORDAY.COM - Ditengah kasus covid 19 yang tidak kunjung usai, ada rasa optimisme yang tercipta. Ada dua indikator yang memberikan rasa optimisme bangsa Indonesia bangkit dari hantaman covid 19. Pertama data perkembangan kasus harian covid 19, kedua berkaitan dengan tarket vaksinisasi.
Sebagaimana diketahui, Indonesia mengalami ledakan covid 19 gelombang kedua dipertengahan tahun 2021, tepatnya antara bulan Juli – September. Bahkan kasus tertinggi harian mencapai angka 56,757 jiwa pada tanggal 15 Juli 2021. Pemerintah terus mengupayakan penekanan kasus covid dengan menerapkan PPKM level. Dan hasilnya, pada tiga bulan terakhir, menunjukan kelandaian kasus positif covid 19.
Pada akhir 2021, perkembangan kasus harian covid 19 menunjukan gambaran yang menggembirakan. Menurut data statistic covid 19, pada tanggal 20 - 26 Desember menunjukan gambaran yang positif. pada rentang satu minggu ini, kasus covid berada di bawah 250 kasus.
Mengutip data covid19.go.id, pada tanggal 26 Desember 2021 tercatat kasus harian hanya mencapai 92 orang. Dalam sejarah covid 19, inilah kasus terkonfirmasi paling sedikit. Sedangkan pada tanggal 20 hanya mencapai kasus harian 133, kemudian naik pada tanggal 21 hanya 216, kemudian turun menjadi 179 pada tanggal 22, selanjutnya pada tanggal 24 mencapai kasus harian 204 dan pada tanggal 25 mencapai kasus positif 255. Sedangkan pada tanggal 27 turun menjadi 120 kasus harian.
Dari program vaksinisasi menunjukkan kabar gembira. Pemerintah menargetkan vaksi untuk 208,265 juta jiwa secara nasional. Hingga tanggal 12 Januari 2022, target vaksinasi nasional ini mendekati ketercapaian target pada tahap satu.
Vaksinisasi tahap pertama telah mencapai lebih dari 172,155 juta jiwa atau mencapai presentase 82,6%, sedangkan tahap kedua telah mencapai 117.947 juta jiwa atau mencapai 56,6% dan pada tahapan ketiga 1.331 juta jiwa.
Ekonomi Positif
Usaha pemerintah dalam menerapkan kebijakan PPKM mikro dan level tidak sia-sia pada bulan juli hingga September 2021, kebijakan itu membuahkan hasil yang positif. kasus positif terus menunjukkan angka yang menggembirakan. Beransur-ansur kasus terus megnalami penurunan.
Melandainya kasus covid 19 dan optimalisasi percepatan vaksinisasi nasional berdampak pada menggeliatnya perekonomian dan terus tumbuh positif. menurut catatan Bank Indonesia, pada kuartal ke II/2021 pertumbuhan ekonomi mencapai 7.07%, sedangkan pada kuartal III/2021 mencapai 3,51% dan pada kuartal IV mencapai 4,5 %. Melandainya kasus covid 19 pada tiga bulan terakhir memberikan kontribusi 1,49 % dari kuartal III.
Ekonomi positif di dukung oleh para pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Menurut BPS, UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61 Persen. Serta mampu menyerap tenaga kerja lebih dari 97 persen. Pertumbuhan ekonomi, satu di antara indikator melalui perhitungan PDB.
Secara sederhana, kegiatan manusia yang normal, tidak terbatas akan secara otomatis menggeliatkan perekonomian. Sedangkan pada kasus covid 19 meningkat, pemerintah memberlakukan pengetatan atau pembatasan aktivitas, tentu secara otomatis akan membuat geliat ekonomi menurun. Dalam konteks ekonomi makro, tentu kelesuan aktivitas ini akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.
Melandainya kasus covid 19, diiringi dengan dibukanya kebijakan yang longgar, akan memancing para pelaku UMKM untuk terus menggeliat. Inilah pentingnya bagaimana mengontrol covid 19, agar perekonomian terus menggeliat kearah positif. pada kasus covid 19 awal, memberikan Batasan kebijakan PSBB pertumbuhan perekonomian Indonesia minus, bahkan mencapai -5 persen. Para pelaku UMKM, mulai dari pedagang kaki lima, pedagang kecil dan menengah akan terus menggeliat jika kondisi kesehatan membaik.
Menerapkan protokol kesehatan, melakukan pola hidup sehat, mempercepat vaksinisasi nasional dapat memberikan kekebalan komunitas adalah ikhtiar untuk bangkit dari serangan covid 19. Artinya, jika kesehatan bangsa baik, akan memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan perekonomian.
Ekonomi Digital
Betapapun sulit kondisi perekonomian nasional akibat hantaman covid 19. Era teknologi informasi dan perangkat pendukungnnya seperti internet, big data, Artificial Intelegent telah menjadi penolong aktivitas perekonomian.
Melalui starup, aplikasi penyedia jasa online. Segala aktivitas perekonomian dapat berjalan walau kebijakan menghendaki dirumah saja. Sebagaimana PSBB dan PPKM yang memberikan control pada aktvitas manusia. Sangat terbantu dengan hadirnya starup dan e-commerce.
Kehadiran starup dan e-commerce seperti jasa pengantaran makanan dan toko online, aktivitas ekonomi dapat terbantu. Transaksi yang dilakukan secara online, tidak harus mempertemukan pembeli dan penjual di pasar, dapat dilakukan dirumah saja. Kemudian, mbarang dihantar oleh jasa pengantaran.
Kehadiran bisnis digital ini, membentuk ekosistem baru. Sebagaimana perkembangan sisitem jasa pengantaran. Jasa ekspedisi di tengah covid 19 mengalami peningkatan. Menurut keterangan Asosiasi Logistik Indonesia, peningkatan layanan logistik selama pandemi mencapai 40%.
Pandemi covid 19 secara langsung telah mendorong penguatan ekonomi digital. Secara berlahan berlahan menggeser sistem ekonomi konvensional. Sehingga perusahaan beromba-lomba menciptakan ekosistem ini menjadi lebih baik. Hadirnya system pembayaran nontunai, star up dan ecommerse, jasa pengantran/pengiriman.
Disisi ain, Agar semua pihak saling terlindungi, mungkin diperlukan kebijakan dan perturan yang memberikan keadilan bagi semua. Bagi bagi penjual, pembeli atau penyedia saja online. Jangan sampai ekosistem ekonomi digital terbentuk, namun harus terhalang oleh peraturan yang dapat menghambat ekosistem tersebut.
Akhirnya, agar pertumbuhan ekonomi tumbuh positif, agar UMKM menggeliat kembali, agar ekosistem digital dapat terus tumbuh, untuk sementera ini yang harus ditekan adalah kehadiran covid 19 varian omicron. Agar tidak terjadi gelombang ke tiga. Sudah cukup, gelombang ke dua menjadi pelajaran bagaimana membuat ekonomi menjadi sangat lesu. Hingga pertumbuhan ekonomi turun sekitar 3,5 % dari kuartal II (7,07).