Membaca Ideologi Politik Einstein
Salah satu tokoh paling dikenal di abad 20 adalah Albert Einstein. Nama keramatnya menjadi representasi cita-cita mereka yang berhasrat jadi ilmuwan. Fotonya dalam gaya rambut acak-acakan menjadi ikon kecerdasan otak manusia.

MONDAYREVIEW.COM - Salah satu tokoh paling dikenal di abad 20 adalah Albert Einstein. Nama keramatnya menjadi representasi cita-cita mereka yang berhasrat jadi ilmuwan. Fotonya dalam gaya rambut acak-acakan menjadi ikon kecerdasan otak manusia.
Begitu terkenalnya hingga orang merasa mengenal ilmuwan eksentrik ini sedekat guru fisikanya sendiri. Padahal bisa jadi sedikit orang yang membaca biografinya. Apalagi dalam versi lengkapnya. Tapi foto dan ilustrasi penemu formula e=mc2 ini sudah mewakili hasrat publik terkait penaklukan manusia atas semesta melalui sains.
Salah satu biografi tebal tentang Einstein ditulis oleh Walter Isaacson. Berikut halaman indeks tak kurang dari 698 halaman. Isaacson juga pernah menulis biografi pendiri Apple Steve Jobs. Jika Einstein berdarah Yahudi, Steve Jobs berdarah Suriah alias Arab. Jobs juga revolusioner. Bagi yang berduit sangat terbantu oleh berbagai inovasi piranti keras dan lunak bikinan perusahaan raksasanya.
Kembali ke Einstein. Di halaman 299 buku yang ditulis Isaacson judul babnya Yahudi Pengembara. Ini catatan tentang perjalanan dan aktivitas Einstein pada 1920-1921. Sebagai Yahudi lahir, tumbuh, bersekolah dan mengawali karier di Jerman ia mencemaskan betapa kuatnya faham anti-semit di sana. Kebangkitan faham ini membuat ia semakin meneguhkan identitasnya sebagai bagian dari bangsa Yahudi yang dimusuhi.
Einstein memutuskan untuk bergabung sebagai pendukung Zionis termasuk pemukiman Yahudi di Palestina. Ia direkrut oleh pentolan Zionis Kurt Blumenfeld. Salah satu pertanyaan Einstein kepada Blumenfeld adalah mengapa orang Yahudi dengan berkah spiritual dan intelektualnya diajak mendirikan negara-bangsa pertanian?
Sang perekrut dapat menjelaskan dan masuklah Einstein dalam gerakan Zionisme dengan semangat menggebu. Ada kontradiksi. Ia mengatakan bahwa sebagai manusia dirinya adalah penentang nasionalisme. Namun sebagai Yahudi ia pendukung usaha-usaha Zionis.
Salah satu kontribusi terbesar Einstein terhadap Zionisme adalah kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat. Ia berkeliling dalam ceramah dan parade bersama Presiden Organisasi Zionis Sedunia yang juga seorang ahli biokimia brilian, Chaim Wiezmann. Mereka mengumpulkan dana bagi proyek pemukiman Yahudi dan Universitas Ibrani di Yerusalem.
Langkah politiknya ini tentu saja membuat sebagian koleganya yang berdarah Jerman tak menyukainya. Sebagian dari mereka yang berdarah Yahudi-Jerman memilih menjadi pendukung asimilasi. Bahkan ada yang menjadi penganut kristiani. Namun apa yang dirasakan Einstein sebagai ancaman terhadap ras Yahudi menebalkan pembelaannya pada Zionisme.
Di akhir hidupnya Einstein memilih menjadi apsifis dan tak setuju dengan penggunaan senjata. Namun bom atom yang bermula dari rumus yang diimajinasikannya telah meledak. Menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki. Mengubah peta perang dunia. Dalam sekejap banyak korban jatuh. Demi memaksakan kehendak satu bangsa kepada bangsa lainnya. Melalui jalan pertumpahan darah dengan cara ‘modern’. Cara yang jauh dari jalan kstaria.
Buku biografi Einstein yang ditulis Isaacson memang tabal dan padat dengan fakta dan data. Lain kali kita lanjutan kupasannya. Bahkan tentang bab ini pun masih banyak yang sangat menarik.