Memahami Dinamika Iman

PERMASALAHAN iman bukanlah suatu masalah yang sederhana, karena dibutuhkan waktu, jihad, kesungguhan dalam ibadah,

Memahami Dinamika Iman
Ilustrasi foto/Net

PERMASALAHAN iman bukanlah suatu masalah yang sederhana, karena dibutuhkan waktu, jihad, kesungguhan dalam ibadah, ketabahan selain juga faktor hidayah untuk membuat keimanan seseorang benar-benar mengakar, bahkan masuk ke dalam lubuk hati. Allah Swt. berfirman: “Berkata orang-orang Arab (Badui): Kami telah beriman. Katakanlah kepada mereka: Jangan gegabah mengatakan ‘kami beriman’ tetapi katakanlah ‘kami telah Islam’, tunduk. Karena keimanan belum masuk ke dalam hatimu …. . ” (QS Al Hujurat [49]:14). Kemudian persoalan berikutnya bahwa iman itu bersifat dinamis, fluktuatif atau turun-naik. Jadi setelah iman sudah ada didalam hati, penting untuk selalu dideteksi apakah iman kita meningkat dan bertambah atau justru menurun dan berkurang.

Nabi saw. bersabda: “Al iman yazid wa yanqush”: iman bisa bertambah atau berkurang. Karena itu seorang yang beriman harus selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan keimanan nya. Seperti halnya tanaman, pohon, atau tumbuh-tumbuhan yang dapat kering, layu, atau bahkan mati bila tak disiram atau diberi pupuk. Sama halnya pula dengan keimanan yang dimiliki seseorang.

Begitu rentannya hati terhadap fluktuasi iman digambarkan oleh Abdullah bin Rawahah r.a.: berbolak-baliknya hati lebih cepat dari pada air yang menggelegak di periuk tatkala mendidih. Dari tinjauan etimologisnya saja, hati atau qolban bermakna sesuatu yang berbolak-balik. Karena itu Allah menuntun kita agar senantiasa berdoa meminta diberikan hidayah, rahmat dan ketetapan hati.

Demikian pula doa yang dicontohkan Nabi saw.: ”Ya Allah, yang pandai membolak-balikkan hati, tetapkan hati hamba pada agamamu.” Mengapa kita harus terus berdoa seperti itu? Karena usaha menjaga keimanan agar tetap stabil dan kalau bisa meningkat merupakan hal yang sangat berat, terlebih  sampai membuat iman itu dapat berbuah.

Kita memang tidak dapat mengukur atau memprediksikan besar kecilnya kadar keimanan seseorang, namun paling tidak kita dapat melihat dari atsar atau dampak keimanan seseorang. Sebagai bentuk pakaian takwa yang dimilikinya dan implementasi iman akan tampak berupa ibadah, amal shaleh dan ketaatan yang dilakukannya sehari-hari.

Rasulullah saw. bersabda: “Al iman yaazidu bi thaat wa yanqushu bil maksiat. Iman akan bertambah atau meningkat dengan adanya ketaatan sebagai bagian dari amal shalih dan akan berkurang atau menurun dengan kemaksiatan yang dilakukannya sebagai bentuk pengingkaran terhadap perintah dan larangan Allah Swt.