Melihat Potensi Kerjasama Indonesia-Ceko

Melihat Potensi Kerjasama Indonesia-Ceko
Muchlas Rowi, dalam diskusi virtual Kopi Pahit bertajuk

MONITORDAY.COM - Forum Diskusi Kopi Pahit kembali meggelar diskusi virtual bersama duta besar Indonesia di negara-negara sahabat. Diskusi kali ini bertajuk "Ada Apa dengan Indonesia-Ceko," yang digelar pada Senin (6/8/2021) malam. 

Hadir sebagai pembicara, Founder Monday Media Group Muchlas Rowi; kemudian tentunya Dubes Indonesia untuk Republik Ceko, Kenssy D Ekaningsih; serta Kaprodi Hubungan Internasional Universitas Moestopo, Fadra. 

Dalam kesempatan itu, Muchlas mengatakan bahwa hubungan Indonesia dan Republik Ceko mempunyai latar belakang sejarah yang kuat. Di mana selama menjabat, sang proklamator Bung Karno sempat dua kali lawatan ke Praha, Ibu Kota Ceko saat ini.

Di sektor ekonomi, kata Muchlas, Ceko adalah Mitra strategis Indonesia di Eropa Timur. Hal ini tergambar jelas bagaimana misalnya perjalanan produk sepatu asal Ceko yang berkembang pesat di Indonesia hingga saat ini.

"Ada pengusaha namanya Thomas bata membuka toko sepatu pertamanya di Indonesia. Sepatu Bata ini punya sejarah panjang dan hingga hari ini masih populer di seluruh Indonesia," kata Muchlas dalam pengantarnya. 

Selain itu di sektor wisata, kata Muchlas, juga menjadi potensi besar bagi Indonesia, karena setiap tahunnya terdapat puluhan ribu wisatawan Asal Ceko yang menyambangi Indonesia. 

"Para pelaku usaha di Ceko juga menyatakan minat terhadap produk-produk Indonesia seperti gula, buah kering, buah coklat, rempah-rempah produk tabel, produk mineral, kosmetik, mie instan, batik, dan tentu saja kopi," kata Muchlas. 

Sementara itu, Dubes Kenssy mengungkapkan, bahwa secara ekonomi Ceko membutuhkan bahan baku untuk mendukung sektor industri dan manufaktur di negara tersebut. Sehingga Indonesia dalam hal ini memiliki kesempatan untuk dapat mengambil peluang ekspor.

Dia menjelaskan, mitra dagang utama Ceko sejauh ini adalah negara-negara Uni Eropa terutama Jerman dan negara-negara V4.  Sementara itu China menduduki peringkat kedua dari nilai total perdagangan Ceko dengan dunia.

"Sementara itu dari sisi perdagangan dengan negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan total perdagangan USD 568, 823 juta," jelas Kenssy.

Di sisi lain, kerjasama di bidang pendidikan juga potensial, di mana jurusan Indonesian Studies terdapat di dua universitas negeri tertua di Ceko, yaitu Charles University (Praha) dan Palacky University (Olamouc). 

"Soal pendidikan ini telah dilakukan juga MoU antara beberapa universitas di Ceko dan di Indonesia, serta adanya Pemberian darmasiswa kepada warga Ceko yang hingga kini telah ada 200 orang alumni," paparnya. 

Adapun dalam upaya Peningkatan People to People Contact, KBRI Ceko telah melakukan beberapa hal, antara lain promasi budaya Indonesia, memberikan kursus Bahasa Indonesia kepada diaspora Indonesia, serta melakukan program outreach terutama ke sekolah-sekolah Ceko. 

Sementara itu, Fadra dalam kesempatan itu menyoroti soal hubungan Indonesia dengan negara-negara Eropa Timur,  termasuk Ceko yang kerap menemui beberapa kendala. Baik itu kendala jarak, maupun soal kepercayaan politik. 

"Kemudian juga soal titik temu kebutuhan kedua negara ini tidak mudah, karena yang dibutuhkan Ceko kerap tidak sesuai dengan apa yang Indonesia bisa sediakan, kemudian juga karena adanya kompetitor, dan bahkan ada sektor yang Indonesia sama sekali tidak bisa masuk," kata Fadra.

Meski begitu, beberapa komoditas asal Indonesia saat ini telah diekspor ke beberapa negara Eropa termasuk Ceko, misalnya kopi, teh, dan kulit. Sementara itu, kata Fadra, yang menjadi peluang bagi Indonesia dan perlu digarap adalah mebel, dan Industri otomotif. 

"Namun perdagangan kedua negara ini sangat jomplang, karena kita membeli alat-alat yang memiliki harga tinggi dari Ceko seperti Panser, sedangkan komoditas kita yang diekspor tidak sebanding," jelasnya.