Lebih Produktif sebagai Bangsa Produsen

Sektor manufaktur harus menjadi perhatian semua fihak, demi menunjang sektor riil yang padat karya dan mampu memberi nilai tambah

Lebih Produktif sebagai Bangsa Produsen
ilustrasi manufaktur (c) dncommunity


MONDAYREVIEW- Pada kuartal pertama tahun 2018 ini, sebagaimana laporan BPS (Badan Pusat Statistik), industri manufaktur Indonesia naik 5,01%  lebih tinggi daripada tahun lalu yang berada pada posisi 4,33%. Peningkatan yang besar terjadi pada industri berbahan kulit dan alas kaki, sementara penurunan paling besar terjadi pada industri komputer, barang elektronik dan optik.   

Laporan statistik di atas perlu dicermati oleh seluruh pemangku kepentingan industri. Industri yang ditopang UMKM justru lebih banyak menyumbang peningkatan saat ini. Sementara itu pada sektor yang relatif dihuni oleh industri besar dan memanfaatkan teknologi tinggi terjadi penurunan. Pada sektor yang mengalami penurunan inilah pemerintah dan dunia usaha perlu mencari formula untuk mendongkrak kembali pertumbuhannya.  

<iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/5AwNvLZf6-0" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe>

Berbagai teori dan kebijakan ekonomi diperbincangkan setiap hari. Di kampus-kampus, lembaga riset, hingga meja para pengambil kebijakan. Isu ekonomi mulai menjadi  isu utama dalam setiap kampanye politik. Sementara itu tujuan bernegara untuk memberi kesejahteraan, keadilan, dan kemakmuran bagi seluruh rakyat dihadapkan pada keterbatasan SDM,  persaingan global yang ketat dan massifnya korupsi.

Yang tidak boleh dilupakan adalah membangun karakter bangsa ke arah kemandirian. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 270 juta jiwa, Indonesia tidak boleh sekedar menjadi pasar. Indonesia harus menjadi produsen yang mengandalkan industri yang memberi nilai tambah. Bukan sekedar produsen bahan mentah yang kekayaan alamnya diangkut dengan menyisakan sedikit keuntungan bagi negara dan segunung persoalan sosial dan ekologis.

Industri yang memberi nilai tambah memerlukan investasi SDM yang kompeten. Dari tingkat tenaga ahli hingga tenaga terampil yang berada di tingkat operator operasi produksi. Industri manufaktur dan sektor riil lannya menjadi penopang denyut ekonomi dunia usaha. Tanpa menafikan sektor keuangan yang memiliki peran strategisnya sendiri, sektor riil khususnya industri manufaktr yang menghasilkan barang perlu mendapat perhatian khusus.

Persoalan lain yang membelit industri manufaktur adalah terbatasnya investasi untuk Research and Development. Tanpa investasi yang cukup di bagian ini maka inovasi tidak dapat dilakukan dengan cepat. Produk dan desain akan tertinggal dan tidak dapat bertahan dalam persaingan. Dalam jangka pendek investasi di lini R&D memang membebani keuangan perusahaan, namun kecepatan perubahan mengharuskan dunia usaha untuk melakukan langkah strategis ini.  

Kurangnya kemampuan beradaptasi di industri juga menjadi tantangan tersendiri. Tren dan teknologi berubah sangat cepat, produk dan desain baru datang silih berganti. Produk lama akan ditinggalkan pasar. Tanpa inovasi perusahaan manufaktur akan gulung tikar. Kemampuan adaptasi ini memang masih terkait dengan efektivitas lini R&D. Kemampuan adaptasi juga dapat dilakukan dengan menggandeng mitra strategis yang menguasai teknologi.   

Pembeli potensial untuk prouk berharga tinggi juga sangat terbatas. Pasar yang besar namun memiliki karakter ‘cost-effective’. Hal ini perlu diantisipasi dengan edukasi publik bahwa yang murah belum tentu dapat bertahan lama. Produk yang tahan lama akan berdampak lebih efisien dalam pengeluaran. Disamping melakukan berbagai upaya agar mampu menekan biaya dan pada akhirnya mampu menghasilkan produk dengan harga yang bersaing.

Kompetisi global dengan perusahaan manufaktur yang lebih murah. Ekosistem yang memungkinkan Tiongkok memliki bahan baku baku murah menjadi tantangan berat. Plastik, logam, dan bahan elektronik Tiongkok sangat kompetitif hingga banyak negara pesaing kalah menghadapinya. Tantangan ini harus mampu di atasi dan diantisipasi. Banyak bahan mentah yang digali dari perut bumi kita namun belum dapat dilakukan dengan proses yang efisien.