Komitmen Majukan Kualitas Pendidikan, Kemendikbud Terus Perkuat Sistem Zonasi

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, berkomitmen untuk terus memanjakan pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu langkahnya dengan memperkuat sistem zonasi yang sejak tahun lalu telah dilaksanakan. Rencananya tahun 2019 akan diterapkan di seluruh Indonesia sekolah berbasis zona.

Komitmen Majukan Kualitas Pendidikan, Kemendikbud Terus Perkuat Sistem Zonasi
Mendikbud Muhadjir Effendy/foto dok. kemendikbud.go.id

MONITORDAY.COM - Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, berkomitmen untuk terus memanjakan pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu langkahnya dengan memperkuat sistem zonasi yang sejak tahun lalu telah dilaksanakan. Rencananya tahun 2019 akan diterapkan di seluruh Indonesia sekolah berbasis zona.

“Sistem zonasi akan terus kita perkuat. Tahun depan ada 2.578 zona di seluruh Indonesia yang telah disepakati oleh dinas-dinas pendidikan. Jadi nanti semua penanganan pendidikan akan berbasis zona," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, dalam siaran persnya, seperti dikutip Sabtu (17/11).

Mendikbud mengungkapkan, bahwa Indonesia bukan satu-satunya negara yang memberlakukan sistem zonasi sekolah. Namun negara-negara yang mempunyai pendidikan yang relatif maju telah memberlakukan aturan ini sejak puluhan tahun yang lalu.

"Indonesia bukan menjadi satu-satunya negara yang menerapkan sistem zonasi di Asia Tenggara. Singapura telah menerapkan zonasi sejak 12 tahun yang lalu. Australia, Amerika Serikat, dan Jepang juga menerapkan sistem zonasi dalam pendidikan," terangnya.

Terkait hal itu, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, mengharapkan agar Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) ke depannya menyediakan jurusan mayor dan minor untuk setiap calon guru.

 “Saya sudah menyampaikan kepada Bapak Menristekdikti agar LPTK kembali memiliki double track untuk setiap guru dimana guru mengajar minimum 2 mata pelajaran yang serumpun, contohnya Sosiologi dengan Antropologi," ujarnya.

"Selama ini yang membuat kita boros adalah keadaan dimana satu guru hanya mengajar satu mata pelajaran dan kalau mau mengajar lebih dari satu mata pelajaran akan dikatakan tidak linier dan tidak diakui. Untuk para guru yang sudah ada maka akan kita sekolahkan kembali sesuai dengan kebutuhan di masing-masing zona. Oleh karena itu, pemetaan guru sangat penting”, pungkas Muhadjir.