Onan Hiroshi Sindir Jokowi Lewat Komik, Komikus Indonesia: Itu terlalu Kasar!

Kritik melalui komik mestinya dilakukan secara halus, menyentil. Namun yang disentil tak merasa tersinggung.

Onan Hiroshi Sindir Jokowi Lewat Komik, Komikus Indonesia: Itu terlalu Kasar!
Gambar : Karya Komikus Jepang Onan Hiroshi yang menyindir Presiden Jokowi

MONITORDAY.COM - Komikus Jepang Onan Hiroshi membuat heboh lantaran menyindir Presiden Jokowi Lewat karyanya yang menyebar di media sosial beberapa hari lalu. Dalam Komik tersebut, Hiroshi menggambarkan Presiden Jokowi berkaitan dengan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, yang Ia beri judul di akun twitternya ‘Kereta Cepat Pengemis’.

Menanggapi hal itu, Komikus Indonesia Apat SY menyebut bahwa awalnya dia tidak tahu banyak tentang Onan Hiroshi yang membuat komik kontroversial tersebut.

“Sejujurnya saya tidak begitu paham siapa dia, tapi melihat dari beberapa sumber dan artikel yang pernah saya baca, memang dia tidak lebih dari seorang yang bisa menggambar, hanya hobi dan memepresentasikannya dengan membuat gambar, dengan bahasa visual untuk mengkritik,” ujarnya kepada monitorday.com, Senin (26/02).

Menurut pria yang akrab dipanggil Kang Apat ini, apa yang dilakukan Hiroshi terlampau kasar sebagai gambaran visual dengan maksud untuk mengkritik.

“Kalau untuk editorial kartun sendiri itu memang seharusnya tidak seperti itu cara mengkritiknya. Kalau lewat mata saya ini terlalu kasar, udah wajahnya mirip, kemudian megang kaleng kaya seorang pengemis, itu yang disebut kasarnya seperti itu. Kenapa dia tidak melakukan lewat simbol-simbol,” sambungnya.

Namun menurut Apat, jika melihat latar belakang siapa Onan Hiroshi sebenarnya, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar. Karena Menurutnya Hirosi hanya orang biasa, yang mempunyai keahlian untuk mengekspresikan gagasannya lewat gambar. Sama hal dengan banyak para pengguna medsos di Indonesia yang membuat kritikan-kritikan melalui meme.

Apat melanjutkan, jika Hiroshi bukanlah merupakan profesional dalam bidang tersebut. Karena jika profesional hasilnya tidak akan seperti itu.

“Bukan komikus, ya kaya simpatisan aja, orang yang militan gitu, beda dengan komikus atau kartunis yang memang pekerjaannya seperti itu, terbiasa dengan pekerjaan seperti itu, itu pasti hasil karyanya berbeda, sangat-sangat jauh berbeda pasti,” terangnya.

Penulis komik 'Jalu' ini kemudian mengatakan bahwa seharusnya untuk mengkritik melalui gambar itu harus melalui simbol-simbol yang halus.

“Menyentil, tapi yang disentil enggak merasa tersinggung, itu sebenarnya kalau mau mengkritik yah seperti itu. Yang dikritik tau sebenarnya, tapi dia tidak merasa tersingung karena memang kritikannya halus,” pungkasnya.

[Mrf]