Klarifikasi Mahfud Tentang Pernyataan Seputar Polemik Jalan Ataturk

MONITORDAY.COM - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengklarifikasi berita terkait pernyataannya terkait polemik rencana Pemerintah menyematkan nama Ataturk untuk sebuah jalan di Jakarta. Mahfud menyampaikan hal itu dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (25/10), terkait dengan kesalahan berita yang ditulis oleh sebuah media online. Dalam berita tersebut dituliskan judul "Tak Sudi Nama Jalan di Jakarta Gunakan Nama Attaturk, Mahfud Md: Dia itu penjahat!".
Ada 4 cuitan Mahfud MD pada tanggal 25 Oktober 2021 terkait berita tersebut.
Yang pertama Mahfud menyampaikan bahwa dalam pidatonya di Surabaya itu Mahfud berkata, orang[orang yang tidak setuju adanya Jalan Ataturk bilang "Ataturk jahat, tak sebanding dgn Bung Karno". Ada pun Mahfud mengatakan "Bung Karno pernah mengagumi dan mendukung Attaturk tetapi setelah berdebat dengan ulama-ulama Islam melahirkan kompromi Negara Pancasila.
Cuitan Mahfud tersebut terpampang di dinding akun twitternya.
Brt Reqnews bohong. Kt sy, yg tak setuju Attaturk dijadikan nama jln di sini bilang "Attaturk jahat kpd Islam tp dia dikagumi oleh Bung Karno (BK)" shg pd 1938 BK usul Indonesia jd negara sekuler spt Turki. Tp stlh berdebat dgn tokoh2 Islam akhirnya Bung Karno usulkan Pancasila. pic.twitter.com/T5c3BG7Rsm
— Mahfud MD (@mohmahfudmd) October 25, 2021
Lebih lanjut dalam cuitannya Mahfud mengisahkan bahwa pada tahun 1938 Bung Karno tiba-tiba menulis "Kalau Indonesia merdeka kelak perlu meniru Turki yg dibangun oleh Kemal Attaturk, yakni, memisahkan agama dan negara. Sebab kalau agama dan negara disatukan keduanya akan mundur". Pendapat Bung Karno tersebut ditentang oleh M. Natsir.
Mahfud juga mengungkapkan bahwa perdebatan tentang konsep negara Islam dan negara sekuler antara Bung Karno dan M. Natsir itu bermuara di BPUPK dan PPKI yang merupakan perancang Undang-undang Dasar dan pendiri negara pada tahun 1945. Hasilnya adalah mendirikan Negara Pancasila yakni negara yg bukan negara sekuler tapi juga bukan negara agama.
Polemik soal rencana nama jalan ini mencuat setelah Pemerintah berencana mengganti nama sebuah jalan di Jakarta menjadi Jalan Mustafa Kemal Ataturk yang merupakan presiden pertama Turki. Setelah kegemilangan Turki Usmani sebagai simbol kejayaan Islam meredup, Ataturk membalikkannya dengan mengubah Turki menjadi salah satu negara paling sekuler di dunia. Tak dapat dipungkiri bahwa Turki kemudian mencapai kejayaannya kembali.
Rencana Pemerintah Indonesia bukan tanpa sebab. Sebelumnya Pemerintah Turki menggunakan nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, sebagai nama ruas jalan di depan KBRI Ankara. Dengan kata lain kedua bangsa ingin saling menghargai dengan mengabadikan kedua Bapak Bangsa tersebut.
Banyak Tokoh Islam di Indonesia menilai Ataturk sebagai pemimpin diktator yang kebijakan-kebijakannya dianggap merugikan umat Islam. Diperlukan diplomasi agar hubungan baik kedua negara tetap terjaga.