Klakson Telolet Peringatan Penyelamat Nyawa Karya Tiga Peneliti Muda

Di Pantai Parangtritis Yogyakarta banyak makan korban. Itu bukan karena ombak, tapi disebabkan rip current atau arus balik.

Klakson Telolet Peringatan Penyelamat Nyawa Karya Tiga Peneliti Muda
3 peneliti muda dari DIY (ditpsmp)

MONDAYREVIEW.COM - Demam klakson telolet sempat begitu hits. Bahkan sempat menempati urutan teratas trending topic Twitter worldwide pada Rabu, 21 Desember 2016. Kala pameran karya Lomba Penelitian Siswa Nasional SMP (LPSN SMP) kerap terdengar bunyi klakson telolet. Ternyata itu adalah hasil penelitian dari tiga peneliti muda dari SMPN 5 Yogyakarta. Adalah Astia Anelia, Nimas Ayu Titisari, dan Aretha Putri mengangkat judul “Sinar Maya Dan Klakson Telolet Peringatan Penyelamat Nyawa Di Pantai Parangtritis”.

“Waktu itu kan lagi populer ‘om telolet om’ jadi dipakai aja. Siapa tahu bisa kayak booming,” kata Aretha menjelang upacara penutupan LPSN SMP 2017 di Hotel Grand Sahid Jaya, Kamis (12/10).

“Di Pantai Parangtritis Yogyakarta banyak makan korban. Itu bukan karena ombak, tapi disebabkan rip current atau arus balik. Misalnya orang di daerah tersebut bisa ke tengah laut. Keadaannya tenang, jadi tidak semua orang bisa mengetahui. Kami ingin membuat alat peringatan dini pada pelanggaran batas rip current. Jadi kalau semisalnya orang memasuki daerah berbahaya itu nanti bisa ketahuan dengan ditandainya bunyi klakson telolet yang ada di posko tim SAR,” jelas Astia mengenai alasan penelitian yang dilakukan.

Lama penelitian yang dilakukan peserta di bidang Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa ini yakni selama 3 bulan. Sedangkan untuk biaya pembuatan sebesar Rp 480.000/alat. Dimana bahan yang cukup memakan biaya yakni klakson telolet, panel surya, dan remote.

“Bisa berbunyi telolet karena ada gerakan yang memotong 2 rangkaian. Rangkaian laser dan rangkaian peka cahaya. Jadi kalau ada orang lari atau berjalan diantara 2 rangkaian itu bunyi. Itu pertanda area bahaya,” terang Nimas seperti dilansir situs ditpsmp.