Ketimpangan, Salah Satu Narasi Hoaks Prabowo Pada 2018
Dalam catatan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) setidaknya ada delapan kebohongan yang diproduksi kubu pasangan Capres-Cawapres Prabowo - Sandi pada 2018. Salah satu narasi kebohongan yang dominan dibangun adalah soal ketimpangan.

MONITORDAY.COM - Dalam catatan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) setidaknya ada delapan kebohongan yang diproduksi kubu pasangan Capres-Cawapres Prabowo - Sandi pada 2018. Salah satu narasi kebohongan yang dominan dibangun adalah soal ketimpangan.
"Ketimpangan adalah salah satu narasi yang pernah dibingkis dengan kebohongan oleh pak Prabowo sendiri," kata juru bicara DPP PSI Dedek Prayudi dalam siaran persnya, Minggu (6/1/2019).
Pembuktikan narasi ketimpangan dibungkus kebohongan, politisi muda yang biasa disapa Uki ini memberikan contoh dengan ungkapan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto yang memaparkan bahwa ketimpangan di Indonesia berada pada level rasio gini 45. Hal ini diungkapkan Prabowo saat menghadiri sebuah pertemuan di Rumah Dinas Ketua MPR Zulkifli Hasan pada akhir bulan Juni 2018 lalu.
"Kami lagi-lagi mencatat bahwa apa yang disampaikan oleh pak Prabowo merupakan informasi sesat yang kami kategorikan sebagai hoaks. Pelurusan hoaks ini merupakan koreksi atas narasi politik pak Prabowo demi edukasi politik publik," ungkapnya.
Malah sebaliknya, menurut salah satu influencer tim kampanye Jokowi - Maruf Amin ini memaparkan ketimpangan terus turun di era Presiden Jokowi dari 41 pada 2014 menjadi 38 pada 2018, bukan 45, seperti yang dikatakan oleh Prabowo.
Kenaikan ketimpangan justru tajam terjadi di era pak SBY dari 33 pada 2004 menjadi 41 pada 2014, imbuhnya.
" Kalau mau mengkritik ketimpangan lebih tepat dialamatkan kepada pak SBY yang mewariskan ketimpangan dengan peningkatan tajam setiap tahun. Ketimpangan di era pak Jokowi yang terus menurun justru kini mencapai titik terendah dalam 7 tahun terakhir. Data kami himpun dari lembaga-lembaga kredibel seperti BPS, Bank Dunia dan PBB," pungkasnya.
Perlu diketahui, rasio gini adalah indikator pengukur ketimpangan ekonomi, dimana 0 berarti tidak ada ketimpangan, dan 100 berarti paling timpang atau kerap juga dituliskan perseratus persen atau dari 0 sampai 1,0.