Kerjasama Indonesia-Singapura Berpotensi Jadi Penggerak Ekonomi Asia

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa kerjasama Indonesia-Singapura Berpotensi menjadi penggarak ekonomi di Asia. Kerja sama strategis antara kedua negara mulai dari kemitraan sektor industri, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta kegiatan penelitian dan pengembangan, membuat peluang tersebut semakin besar.

Kerjasama Indonesia-Singapura  Berpotensi Jadi Penggerak Ekonomi  Asia
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

MONITORDAY.COM - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa kerjasama Indonesia-Singapura Berpotensi menjadi penggarak ekonomi di Asia. Kerja sama strategis antara kedua negara mulai dari kemitraan sektor industri, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, serta kegiatan penelitian dan pengembangan, membuat peluang tersebut semakin besar.

"Dengan kolaborasi, tentunya akan tercipta peluang ekonomi yang lebih besar. Jadi, saat ini tidak ada ‘kompetisi’ antara Indionesia dan Singapura,” kata Airlangga, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (18/10).

Hal tersebut disampaikan Airlangga saat menjadi pembicara dalam acara Indonesia-Singapore Business Roundtable di sela rangkaian Industrial Transformation Asia-Pacific (ITAP) 2018 di Singapura.

Menurut dia, kerjasama yang dilakukan Indonesia-Singapura untuk saling melengkapi kebutuhan kedua negara. Sehingga, nantinya sama-sama menguntungkan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Karena itu, kata dia, peningkatkan kerja sama dalam kesiapan memasuki revolusi industri 4.0, menjadi sarana yang tepat untuk mendongkrak produktifitas.

Ketua Umum Partai Golkar ini mengungkap, bahwa kedua negara memiliki keunggulan yang saling mendukung, terutama di tengah bergulirnya era digital. Ia mencontohkan, Indonesia sudah memiliki empat perusahaan rintisan (startup) yang mencapai status unicorn atau punya valuasi bisnis lebih dari USD1 miliar.

Sementara Singapura, jadi investor terbesar di Indonesia. Airlangga mengungkapkan, bahwa Sepanjang tahun 2017, Singapura telah menanamkan modalnya hingga USD8,4 miliar atau berkontribusi 26,2 persen dari total investasi asing di Indonesia.

Menurut Airlangga, Capaian tersebut telah melampaui Jepang sebesar USD5 miliar (15,5 persen), China USD3,4 miliar (10,4 persen), Hong Kong USD2,1 miliar (6,6 persen), dan Korea Selatan USD20 miliar (6,3 persen).

Ia menuturkan, bahwa pada semester I-2018, investasi Singapura ke Indonesia tercatat hingga USD5,04 miliar atau naik 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, di tahun 2017, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura menembus USD9 miliar, yang menjadikan Singapura sebagai tujuan terbesar kelima dalam pengapalan produk manufaktur nasional.

Pengalaman kerja sama RI-Singapura juga terwujud dalam pengembangan Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah. Airlangga mengatakan, bahwa saat ini pihaknya sudah memiliki lebih dari 43 tenant di KIK. Selanjutnya, kami tengah memfokuskan untuk pengembangan Politeknik Furnitur di kawasan tersebut.

Kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah itu diproyeksikan menyerap potensi investasi sebesar USD500 juta. Pada tahap pertama, lahan yang akan digarap seluas 1.000 hektare dengan target 300 tenant dan bakal menyerap tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang hingga tahun 2025.

Selain itu, kedua negara juga sepakat memperkuat kerja sama di bidang pendidikan kejuruan terutama untuk mengisi kebutuhan di sektor industri. Airlangga menuturkan, bahwa guru dan dosen dari Indonesia telah dikirim untuk mengikuti program pelatihan vokasi di Singapura, seperti di bidang permesinan, pembangkit listrik, dan teknik otomasi industri.

Potensi kolaborasi RI-Singapura ke depannya akan dijalin di bidang ekonomi digital seiring dengan berjalannya era revolusi industri 4.0. Salah satu prioritasnya adalah pengembangan Nongsa Digital Park di Batam sebagai wujud konkret kesepakatan kedua Kepala Pemerintahan untuk menjadikan Batam sebagai ‘digital bridge’ Singapura ke Indonesia.

Komitmen kerja sama bilateral yang baru saja terjalin, yakni penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Ngakan Timur Antara dengan CEO Enterprise Singapore Png Cheong Boon. Kesepakatan ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan Pertemuan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-WBG) 2018.

Ruang lingkup pelaksanaan MoU yang akan dikolaborasikan bersama, antara lain menghubungkan industri Indonesia dengan penyedia teknologi Singapura, mengeksplorasi inisiatif untuk mendorong adopsi solusi inovasi manufaktur antar industri, dan pengembangan kurikulum pelatihan terkait Industri 4.0 untuk industri Indonesia.

MoU tersebut juga mendukung penerapan Making Indonesia 4.0 guna memacu lima sektor manufaktur, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektonika. Perjanjian kerja sama ini mulai berlaku sejak tanggal ditandangani (11 Oktober 2018) sampai dua tahun ke depan dan dapat diperpanjang kembali dalam periode waktu yang sama.