Kenang Tiananmen: Taiwan Sebut Tiongkok Diktator

Kenang Tiananmen: Taiwan Sebut Tiongkok Diktator
Demonstrasi yang dipimpin mahasiswa menjadi pemandangan kelabu di lapangan Tiananmen China pada Jumat, 4 Juni 1989 (Foto: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Hari Jumat, 4 Juni 1989 menandai 32 tahun peristiwa Tiananmen, di mana pasukan China melepaskan tembakan untuk mengakhiri kerusuhan yang dipimpin mahasiswa di sejumlah alun-alun kota Tiongkok.

Dewan Perwakilan Rakyat Taiwan memandang perstiwa itu menjadi bukti kuat bahwa China di bawah Partai Komunis adalah diktator.

Tidak hanya itu, sejumlah senator Taiwan pun menuding aksi China di Hong Kong juga telah menyimpang dari nilai-nilai universal dan aturan internasional.

Untuk itu, Taiwan mendesak China untuk mengembalikan kekuasaannya kepada rakyat dan memulai reformasi politik yang nyata daripada menghindari menghadapi sejarah tentang kekerasan berdarah Lapangan Tiananmen 1989 terhadap demonstran pro demokrasi di Beijing.

Terlebih, Pemerintah China tidak pernah merilis secara penuh jumlah korban tewas dalam peristiwa Tiananmen, tetapi kelompok hak asasi manusia dan para saksi memperkirakan jumlah korban berkisar dari beberapa ratus hingga beberapa ribu orang.

DPR Taiwan pun membandingkan dengan Pemerintah Taiwan yang diperintah secara demokratis yang berani mengungkapkan penyesalannya atas peristiwa yang memilukan kala itu. 

Lantas bagaimana dengan respon Beijing? mereka menghindari meminta maaf atas apa yang telah terjadi atau merenungi kesalahannya.

"Kami menyatakan penyesalan, dan menyerukan kepada pihak lain untuk menerapkan reformasi politik yang berpusat pada rakyat, berhenti menekan tuntutan demokrasi rakyat, dan mengembalikan kekuasaan kepada rakyat sesegera mungkin," kata pemerintah Taiwan.

Sikap Taiwan itu berulang kali membuat Beijing kesal. Imbas dari sindiran Taiwan, China bakal mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, dan akan diambil secara paksa jika perlu.

Hubungan kedua negara semakin tak harmonis dengan hadirnya pandemi virus corona. Jauh sebelum kedatangan pandemi pun, China dan Taiwan sudah bersitegang karena lebih memilih membangun hubungan dengan Jepang dan Amerika Serikat yang merupakan rival dari China.