Kematian Covid-19 Capai 908 , Turki Terendah Dibandingkan Negara-Negara Eropa
Negeri Ottoman masih berada di urutan paling terendah untuk angka kematian Covid-19 dibandingkan dengan Negara-Negara Eropa.

MONITORDAY.COM - Korban tewas akibat virus korona (Covid-19) di Turki tembus 96 orang pada Rabu (8/10) lalu sehingga totalnya menjadi 908 orang. Sebagian besar yang meninggal adalah usia lansia yang memiliki imun yang lemah. Namun Sejauh ini, Turki masih berada di urutan paling terendah untuk angka kematian dibandingkan dengan Negara-Negara Eropa.
"jumlah total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi melonjak menjadi 42.282 , setelah 4.056 orang dinyatakan positif terinfeksi virus dalam 24 jam terakhir" ujar Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca kepada awak media, kamis (9/4/2020).
Rilis kementerian kesehatan Turki, sebanyak 2.142 pasien dinyatakan pulih dan dipulangkan dari rumah sakit sejak awal wabah, sementara 1.552 pasien dirawat di unit perawatan intensif.
Selain itu, 28.578 pemeriksaan dilakukan dalam 24 jam terakhir dan jumlah total tes yang dilakukan sejauh ini sudah mencapai 276.338.
Koca mencatat bahwa terlepas dari meningkatnya jumlah tes, tingkat kenaikan harian dalam jumlah kasus menurun dan dia mendesak semua orang untuk tetap tinggal di rumah.
Sejak pertama kali muncul di Wuhan, China, pada Desember lalu, virus korona telah menyebar ke setidaknya 184 negara dan wilayah.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University Amerika Serikat, lebih dari 1,6 juta kasus telah dilaporkan di seluruh dunia sejak Desember lalu, dengan angka kematian lebih dari 95.000 dan lebih dari 350.000 orang dinyatakan sembuh.
Namun langkah Turki dalam menangkal penyebaran Covid-19 terbilang sukses karena sejak kasus pertama virus corona (Covid-19) muncul, Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan langsung mengambil langkah-langkah pencegahan pandemi virus korona. Bahkan, lebih cepat dari negara-negara Eropa yang baru mulai mengambil tindakan dalam waktu 39-54 hari.
Langkah Pertama
Langkah-langkah pertama yang diambil untuk mengatasi virus ini di antaranya adalah menutup sementara sekolah dan universitas serta kafe, bar, restoran, pusat hiburan, mal, perpustakaan dan tempat-tempat ibadah.
Orang-orang didesak untuk tinggal di rumah, menghindari kontak sosial dan bekerja dari jarak jauh jika memungkinkan.
Jam malam dan tindakan karantina sebagian dilaksanakan dan transportasi antar kota dibatasi.
Prancis mengkonfirmasi kasus Covid-19 pertamanya pada 24 Januari dan Jerman pada 28 Januari, disusul oleh Italia, Spanyol dan Inggris pada 31 Januari.
Sementara itu, kasus pertama di Turki dikonfirmasi pada 11 Maret.
Sekolah dan universitas yang ditangguhkan
Salah satu langkah pertama adalah penutupan sekolah dan universitas untuk memungkinkan siswa menjauhkan diri dari satu sama lain untuk memperlambat penyebaran virus.
Turki menutup sekolahnya pada 12 Maret, sehari setelah kasus pertama dikonfirmasi, sementara Italia melakukannya setelah 39 hari, Spanyol 40 hari, AS 47 hari, Jerman dan Prancis 49 hari.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumpulkan kabinetnya pada 12 Maret. Setelah pertemuan itu, diumumkan bahwa sekolah dasar dan menengah akan ditutup selama dua minggu dan universitas selama tiga minggu mulai 16 Maret.
Menteri Pendidikan Turki Ziya Selcuk mengumumkan bahwa sekolah dasar dan menengah akan memulai pendidikan jarak jauh pada 23 Maret. Lembaga penyiaran publik Turki TRT membuat saluran baru untuk tujuan itu.
Yekta Sarac, kepala Dewan Pendidikan Tinggi, mengumumkan bahwa universitas akan ditutup untuk musim semi kecuali untuk pendidikan digital dan jarak jauh karena pandemi.
Menutup tempat umum sementara
Penutupan sementara tempat-tempat umum seperti kafe, bar dan restoran, pusat hiburan, mal, perpustakaan dan tempat-tempat ibadah adalah salah satu langkah pertama yang diambil.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki mengumumkan bahwa semua perpustakaan akan ditutup antara 16-30 Maret.
Kebijakan untuk tempat ibadah
Kantor Kepresidenan Urusan Agama pada 16 Maret mengumumkan penangguhan shalat berjamaah, termasuk shalat Jumat, di masjid-masjid di seluruh negeri karena epidemi.
Sholat Jumat dilakukan di Masjid Ankara Millet pada 27 Maret dan Masjid Ankara Ahmed Hamdi Akseki pada 3 April dengan partisipasi terbatas.
Dalam sebuah pernyataan, Kepresidenan Urusan Agama mengatakan praktik ini bertujuan untuk mempertahankan kesinambungan khotbah Jumat dengan melanjutkan shalat Jumat secara representatif dengan partisipasi minimum.
Di Italia, Vatikan menutup 900 gereja Katolik di Kota Roma antara 13 Maret dan 3 April, sementara kebaktian Minggu ditunda. Gereja-gereja di Spanyol dan Prancis mengambil langkah serupa setelah 14 Maret.
Di bawah kesepakatan yang dicapai antara pemerintah federal dan administrasi negara di Jerman pada 16 Maret, diputuskan untuk melarang pertemuan di semua tempat ibadah.
Turki lacak pergerakan Covid-19 melalui ponsel
Meski demikian, Presiden Turki Racep Tayyip Erdogan menggunakan ponsel untuk melacak pergerakan pasien positif virus corona Covid-19. Apakah ini dengan yang dilakukan pemerintah Indonesia?
Turki akan memantau pasien positif corona yang melakukan karantina mandiri melalui data lokasi ponsel. Pasien yang mencoba untuk meninggalkan rumah akan dikirimkan pesan dan ditelepon oleh polisi.
"Mereka akan diminta untuk kembali ke rumah dan polisi akan menghukum mereka yang terus melanggar aturan karantina," ujar Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki.
Virus corona menyebar dengan cepat di Turki. Pasien pertama wabah ini dilaporkan pada 11 Maret dan hingga Selasa (7/4/2020) jumlah pasien positif corona sudah mencapai 34.000 orang dengan 725 meninggal.
Hukum Turki memang memungkinkan untuk memproses data pribadi tanpa persetujuan dengan alasan kejadian luar biasa. Pemerintah Turki berjanji data pribadi yang dikumpulkan tidak akan digunakan untuk tujuan lain.
Aksi melacak persebaran corona via data ponsel juga diterapkan oleh China, Singapura, Korea Selatan dan Indonesia. Di Indonesia pelacakan pergerakan pasien corona melalui aplikasi PeduliLindungi.
PeduliLundungi bekerja dengan menggunakan data yang diproduksi oleh gadget dengan bluetooth aktif untuk merekam informasi yang dibutuhkan. Jika ada gadget lain dalam radius bluetooth yang juga terdaftar di PeduliLindungi, maka akan terjadi pertukaran id anonim yang akan direkam oleh gadget masing-masing.
Selanjutnya PeduliLindungi akan mengidentifikasi orang-orang yang pernah berada adalam jarak dekat dengan orang yang dinyatakan positif corona atau orang dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pengawasan (ODP).