Kedudukan Sunah

AS-SUNNAH secara etimologi berarti perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang lain, baik perbuatan tersebut terpuji maupun tercela

Kedudukan Sunah

AS-SUNNAH secara etimologi berarti perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang lain, baik perbuatan tersebut terpuji maupun tercela. Sementara secara terminologi, makna kata as-sunnah dapat ditinjau dari tiga disiplin ilmu sebagai berikut.

Pertama,  menurut para ahli hadits, as-sunnah sama dengan hadits, yaitu: sesuatu yang dinisbahkan kepada Rasulullah, baik perkataan, perbuatan, maupun sikap beliau tentang suatu peristiwa. Sedangkan menurut para ahli Ushul Fikih, as-sunnah ialah semua yang berkaitan dengan masalah hukum yang dinisbahkan kepada Rasulullah, baik perkataan, perbuatan, maupun sikap beliau terhadap suatu peristiwa.  Menurut ahli Fikih, makna as-sunnah mengandung dua pengertian; yang pertama sama dengan yang disebut ahli Ushul Fikih. Sedangkan pengertian yang kedua ialah suatu perbuatan yang jika dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak berdosa.

Sedangkan as-sunnah menurut istilah syara adalah ucapan, perbuatan atau pengakuan Rasulullah. Kedudukan sunnah sebagai sumber hukum Islam dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari segi kewajiban umat Islam mematuhi dan meneladani Rasulullah saw, dan dari segi fungsi as-sunnah terhadap al-Quran. Melalui al-Quran, Allah memerintahkan untuk patuh kepada-Nya dan patuh kepada Rasulullsh saw.

Allah berfirman dalam surat an-Nisa : 80, artinya: Barangsiapa yang menaati Rasulullah, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.

           Demikian juga dalam surat an-Nisa : 59, artinya :Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (as-sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisa: 59).  Allah juga memuji akhlak Rasulullah, sebagaimana terdapat dalam surat al-Qalam: 4, artinya :Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.