Karena Politik Adalah Sebuah Panggung

Yang kita lihat tidak hanya dari sisi rasionalitas namun juga ada sisi emosional.

Karena Politik Adalah Sebuah Panggung
Panggung

MONDAYREVIEW.COM - Debat Pilkada DKI Jakarta yang pertama melesatkan nama Ira Koesno. Sosok berusia 47 tahun tersebut dipuji karena kecantikannya yang begitu bersinar dan ketegasannya dalam mengendalikan suasana debat. Dari sampel Ira Koesno tersebut dapat dilihat konteks yang lebih besar bahwasanya politik adalah sebuah panggung. Yang kita lihat tidak hanya dari sisi rasionalitas namun juga ada sisi emosional.

Maka tak mengherankan jika para politikus pun menggunakan simbol-simbol tertentu dalam penampilannya. Diantaranya Presiden Jokowi yang memakai sarung ketika berkunjung ke acara-acara Nahdlatul Ulama. Ini merupakan upaya untuk mendekatkan diri secara sosiologis sebagai identitas yang sama: sarungan.

Dalam konteks pilkada urusan berbusana juga nyata terlihat sebagai pesan politik sekaligus mengulik sisi emosional rakyat. AHY-Sylvi dengan mengenakan jaketnya menabalkan dirinya sebagai muda, progresif, gerakan perubahan. Ahok-Djarot dengan kemeja kotak-kotak sebagai keberlanjutan dari kerja, kerja, kerja dan melekatkan ingatan pada sosok Jokowi. Anies-Sandiaga dengan busananya yang memiliki kemiripan dengan Prabowo mengesankan intelektual, terdidik.

Karena politik adalah sebuah panggung, maka sesungguhnya apa yang terlihat di permukaan bisa jadi adalah settingan dan melalui upaya yang intens. Bukankah ada tim sukses yang diantaranya berperan di ranah internet? Tim itulah yang bertugas membentuk persepsi positif sekaligus menangkis isu negatif di dunia maya.

Maka ketika Anda berhadapan serta berjabat tangan dengan sosok politikus, sesungguhnya ada begitu banyak instrumen yang membentuk persepsi tentang dirinya. Dan semoga yang kita temui bukanlah “politikus kelas sandiwara” yang mencuri perhatian sisi emosional namun sesungguhnya mengelabui khalayak dalam kerja politiknya.