Karakter Merdeka Sejak dalam Pikiran

Penguatan Pendidikan Karakter yang terdiri dari 5 hal yakni religius, integritas, gotong royong, nasionalisme, dan mandiri perlu terus dihidupkan.

Karakter Merdeka Sejak dalam Pikiran
Indonesia merdeka (Monday Review/K.A.M.Darwis)

MONDAYREVIEW.COM - Indonesia, 17 ribu pulau, lautan dan daratan yang jika dibentangkan seluas Eropa Barat ditambah dengan Eropa Selatan, ketika memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 berlangsung secara sederhana. Meski sederhana, namun momentum tersebut begitu bermakna. Inilah tonggak bagi negeri ini untuk mandiri serta berdikari.

Kabar proklamasi kemerdekaan pun sampai ke beberapa daerah dengan perbedaan waktu. Maklum saja sarana transportasi dan komunikasi ketika itu masih terbatas. Pengumuman kemerdekaan bukan berarti tugas telah rampung, melainkan lembaran fase baru perjuangan. Banyak hal yang harus ditata. Pemerintah Republik Indonesia berusaha untuk mengelola konflik politik, kehidupan ekonomi, serta keamanan di seantero negeri.

Mengisi kemerdekaan tak hanya menjaga negeri ini dari rengkuhan eksploitasi dari para kolonialis, melainkan juga dari gerogotan korupsi, kolusi, nepotisme anak negeri. Jika dalam film Banda the Dark Forgotten Trail, terungkaplah bagaimana komoditas pala dan rempah-rempah menjadi “rayuan” bagi para kolonialis untuk saling berkonflik memperebutkannya. Maka kapal besar negeri ini pun bisa karam manakala dilubangi oleh sikap-sikap korupsi, kolusi, nepotisme.

Kemerdekaan di masa awal-awalnya pun menimbulkan euforia yang bisa salah kaprah. Maka sesungguhnya intisari dari kemerdekaan adalah perihal karakter pula. Penguatan Pendidikan Karakter yang terdiri dari 5 hal yakni religius, integritas, gotong royong, nasionalisme, dan mandiri perlu terus dihidupkan. Dengan begitu nuansa kemerdekaan yang direngkuh pun menjadi bermakna – bukan sekadar coreng moreng simbolik merah putih. Merah putih perlu diisi dengan karakter-karakter positif yang menjadikan negeri ini dapat dengan sahih berkata: merdeka!