Kala Sapardi Menyindir Sukarnya Menyeberang Jalan di Jakarta
Susah benar menyeberang jalan di Jakarta ini.

MONDAYREVIEW.COM –
Pada Suatu Magrib
Susah benar menyeberang jalan di Jakarta ini;
hari hampir magrib, hujan membuat segalanya tak tertib.
Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini,
astagfirulah! rasanya di mana-mana ajal mengintip
Puisi ‘Pada Suatu Magrib’ terdapat di buku Ayat-Ayat Api karya Sapardi Djoko Damono. Sapardi merupakan seniman serba bisa. Puisi, esai, fiksi, dan drama merupakan buah karya dari penyair kelahiran 20 Maret 1940 ini.
Dalam puisi ‘Pada Suatu Magrib’ bagaimana disentil bagaimana sulitnya untuk sekadar menyeberang jalan di ibukota RI ini. Bagaimana banyaknya kendaraan dan sikap tidak peduli dari para pengendara membuat perkara menyeberang jalan saja menjadi sulit. Tambahkan lagi variabel ‘hari hampir magrib, hujan’ membuat bertambah ruwetnya keadaan lalu lintas. Dalam fakta faktualnya simaklah bagaimana ketika hujan menerpa. Ada motor yang berteduh di bawah jembatan penyeberangan, jalan yang tergenang air, hingga membuat ketidaktertiban terjadi.
Paduan kondisi itu tentu menyulitkan bagi seorang tua yang dipaparkan dalam frase ‘Dan dalam usia yang hampir enam puluh ini’. Sebuah sindiran (lagi-lagi) bahwa Jakarta belumlah ramah bagi mereka yang lanjut usia.
Saat merayakan milad PKS ke-19, pasangan Anies-Sandi yang terpilih sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 membacakan puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufiq Ismail. Kiranya ketika berkuasa nanti pembelajaran dari puisi bisa diambil hikmahnya oleh Anies-Sandi. Dan puisi ‘Pada Suatu Magrib’ bisa jadi evaluasi tentang membangun Jakarta yang maju kotanya, bahagia warganya.