Kado Spesial Buat Muhadjir Effendy di Usia ke 60
Terlepas dari semua alasan maupun kapasitas Muhadjir Effendy untuk menggantikan Anies Baswedan, amanah yang menjadi kado special di ulang tahunnya yang ke-60 ini menjadi kesempatan untuk menuntaskan pengabdiannya sebagai pendidik selama ini untuk bangsa dan negara.

Ibarat roket atau bunga api, pada mulanya meluncur tiada henti. Barulah ketika telah sampai pada tujuan paripurna, roket pun mulai menurun. Begitulah kiranya Muhadjir Effendy memaknai perjalanan karirnya menjadi seorang pendidik di usia ke-60 tepat pada hari ini 29 Juli.
Ya, bagi Muhadjir, menjadi seorang pendidik adalah amanah yang tiada akhir. Selama jiwa dan raga masih kuat untuk menjalankan amanah tersebut maka tak ada alasan untuk berhenti. Seperti ayahandanya, Muhadjir ingin menuntaskan tugas dan pengabdiannya sebagai pendidik.
Teramat sulit membayangkan bagaimana sengit dan kerasnya Soeroja-Ayah Muhadjir-menafkahi dan memberinya kasih sayang. Masa-masa sulit pernah dialami Soeroja sebagai pendidik di sebuah madrasah di Madiun. Namun berkat keteguhan hati dan niat yang ikhlas, Soeroja pun mampu membesarkan Muhadjir dengan siraman pendidikan dan limpahan kasih sayang.
Setelah menyelesaikan sekolah dasarr di SD Al Islam dan menamatkan Sarjana Muda Pendidikan Agama, Muhadjir melanjutkan Pendidikan S1 di IKIP Malang, lalu dilanjutkan pendidikan S2 di Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada hingga meraih gelar Magister Administrasi Publik (MAP) tahun 1996. Tahun 2008, Muhadjir berhasil menyelesaikan pendidikan strata 3 pada Jurusan Ilmu-ilmu Sosial dan memperoleh gelar doktor bidang sosiologi militer di Program Doktor Universitas Airlangga.
Seteguh dan sesabar Abu Bakar. Yang mencabik-cabik bajunya hanya untuk membuat Rasulullah nyaman. Membiarkan kakinya terpatuk ular, karena tak ingin membuat Rasulullah terbangun. Soeroja tak penah lelah mendidik puteranya. Sesulit kita membayangkan bagaimana Thalhah bin Ubaidillah sampai hati membiarkan kedua tangannya terpenggal oleh sabetan pedang yang mengarah pada Rasulullah.
Bukankah menjadi pendidik itu sangat melelahkan? Tapi kenapa Muhadjir Effendy bertekad meneruskan jejak langkah ayahandanya? Muhadjir tak pernah berhenti. Nyali beliau tak pernah ciut, hanya karena gemuruh hujan di malam hari. Sekeras dan sekasar apa pun karir yang dijalankan, Muhadjir tetap saja mampu melembut.
Karirnya yang ia mulai di dunia pendidikan dari start yang paling bawah. Mulai dari sebagai karyawan honorer di perguruan tinggi swasta, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Lalu beranjak menjadi dosen tetap, pebantu Rektor III, Pembantu Rektor I, menjadi Rektor UMM pada 200-2016, lalu tanpa diduga ditunjuk menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan masa bakti 2016-2019.
Kini, setelah pengabdiannya bertahun-tahun di dunia pendidikan, pria kelahiran Madiun 29 Juli 1956 ini ditunjuk untuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Jokowi-JK. Penunjukkan tersebut rupanya menjadi kado spesial bagi Muhadjir.
Dalam periode kepemimpinan di UM Malang, Muhadjir merupakan Rektor kelima yang menjabat sejak tahun 2000 hingga Januari 2016. Muhadjir merupakan seorang sosiolog yang ahli di bidang militer dan sekaligus sebagai intelektual muslim. Karenanya, selain mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMM, Muhadjir juga merupakan dosen tetap di Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Malang (UNM).
Selain mengabdikan diri di bidang pendidikan, Muhadjir juga dikenal sebagai seorang kolumnis yang banyak menyoroti masalah agama, pendidikan, sosial, politik dan juga tentang kemiliteran. Kemampuannya menulis esai didasari oleh pengalaman sewaktu mahasiswa sebagai seorang wartawan yang membidani lahirnya 'Komunikasi', koran kampus di tempatnya kuliah dan mengajar (UM) dan koran kampus Bestari di UMM.
Di kalangan Muhammadiyah, Muhadjir Effendy dikenal sebagai sosok yang lugas, familiar, dan energik. Tak heran, beliau gagasan, pemikiran dan model kepemimpinannya kerap dijadikan bahan rujukan, terutama dalam memajukan dunia pendidikan di kalangan Muhammadiyah. Dengan semua modal sosial dan intelektual yang diraihnya tersebut, pantaslah kiranya Muhadjir pun diberi kesempatan menuntaskan mulianya sebagai seorang pendidik.
Tak heran, ketika memperkenalkan para menteri baru, Menteri Sekretaris Negara Pratikno menyebut Muhadjir Effendy memiliki kualifikasi mumpuni dalam bidang pendidikan. Diantara buktinya, kata Pratikno, Muhadjir memililiki kualifikasi mumpuni dalam bidang pendidikan. Di antara buktinya, kata Pratikno, Muhadjir menjabat sebagai rector UMM beberapa periode serta menjadi ketua PP Muhammaditah dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan litbang.
"Pak Muhadjir tidak hanya berpengalaman dalam bidang pendidikan tinggi, tetapi juga dalam membawa berbagai organisasi yang dipimpinnya meningkatkan prestasi," ujar Pratikno, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Bahkan, menurut Buya Syafi’i Ma’arif, Muhadjir Effendy dinilainya lebih berpengalaman dalam dunia pendidikan dibandingkan Anies Baswedan.
"Muhadjir salah satu Ketua PP Muhammadiyah, dia berpengalaman dalam pendidikan. Dari segi pengalaman, Muhadjir lebih berpengalaman dari Anies," kata Buya pada wartawan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (28/7/2016).
Menurutnya, diangkatnya Muhadjir sebagai Mendikbud menggeser Anies Baswedan karena banyak pertimbangan. Terlebih, Muhadjir bisa dianggap untuk mewakili organisasi Muhammadiyah di pemerintahan.
"Muhadjir (diangkat sebagai Mendikbud), saya rasa sesuatu yang positif. Walaupun sesungguhnya Anies juga baik, mungkin ada pertimbangan-pertimbangan politik, kultural, karena kader Muhammadiyah enggak terwakili," katanya.
Sebagaimana diketahui, Anies Baswedan merupakan salah satu dari 13 menteri yang terkena reshufle jilid II pada Rabu 27 Juli 2016 kemarin. Anies melepaskan jabatannya untuk diberikan kepada Muhadjir.
Terlepas dari semua alasan maupun kapasitas Muhadjir Effendy untuk menggantikan Anies Baswedan, amanah yang menjadi kado special di ulang tahunnya yang ke-60 ini menjadi kesempatan untuk menuntaskan pengabdiannya sebagai pendidik selama ini untuk bangsa dan negara. Meskipun sebetulnya, warga Muhammadiyah sendiri masih sangat membutuhkannya untuk menghantarkan Muhammadiyah menjadi ormas Islam yang betul-betul berkemajuan. [Mrf]