Kado Presiden untuk Ulang Tahun Kemerdekaan 9 Ramadhan 1439 H

Memimpikan sikap kenegarawanan para pemimpin.

Kado Presiden untuk Ulang Tahun Kemerdekaan 9 Ramadhan 1439 H
Foto: Setpres RI

PAGI ini, masih pukul 05.30, Presiden mendadak bertemu dengan Wakil Presiden. Ada persoalan maha penting yang ingiyn disampaikan oleh Presiden kepada Wakil Presiden, pertemuan empat mata dan sangat rahasia.

"Assalamu'alaikum Pak, mohon maaf mendadak dan mengganggu istirahatnya", sapa Presiden kepada Wakil Presiden yang tergopoh gopoh masuk ke ruang kerja Presiden. Mereka pun bersalaman, dan saling cipika cipiki, seperti kebiasaan mereka jika bertemu. Wakil Presiden pun duduk di samping Presiden. Sedikit menghela nafas, Beliau bertanya kepada Presiden: "Ada persoalan penting apa kok begitu mendadak Pak?", tanya Wapres. Pandangannya menyapu hampir seluruh tubuh Presiden. Wapres tidak membaca kepanikan atau kegelisahan sama sekali dari wajah Presiden. Bahkan ada sedikit senyum dan muka yang berseri dari wajah Presiden. 

"Begini, Pak. Saya sudah sampai kepada keputusan final. Ini sudah saya pikirkan beberapa hari, khususnya sejak memasuki bulan Ramadhan", kata Presiden.

"Keputusan final soal apa Pak?", tanya Wapres gusar. Tapi sekali lagi dia tidak melihat hal yang aneh dari muka Presiden.

"Saya sudah bulat untuk tidak akan maju di periode kedua", kata Presiden dengan tenang. 

"Apa Pak?", tanya Wapres ingin mendengar kembali kalimat yang diucapkan Presiden. 

"Saya tidak mencalonkan kembali untuk tahun 2019", kata Presiden dengan tenang dan penuh keyakinan.

Wapres sejenak terdiam. Kemudian mengajukan pertanyaan spontan: “Apa yang jadi alasan utama Bapak tidak mau maju kembali? Bukankah konstitusi membolehkan Bapak maju lagi?"

Presiden tersenyum,"Saya ingin membuat legacy untuk bangsa ini. Satu tahun terakhir periode kepemimpinan saya, ingin saya fokuskan untuk menyelesaikan tugas saya sebagai Presiden. Saya tidak ingin menodainya dengan nafsu haus kekuasaan". 

"Tapi bukankah sudah banyak Partai Politik menyatakan dukungan agar Bapak kembali maju?", tanya Wapres."Jangan sampai mereka kecewa dan justru memusuhi Bapak".

"Begini, Partai Politik mendukung saya karena mereka tidak ingin ketinggalan kereta. Makanya saya ingin menyampaikan sikap saya sekarang supaya Partai Politik punya kesempatan untuk mencari calon Presiden lainnya. Masih ada kesempatan bagi mereka untuk mencari kader terbaik", kata Presiden.

"Tapi bagaimana dengan program-program yang belum selesai? Apakah nanti ada jaminan akan diselesaikan? Jangan sampai apa yang sudah kita kerjakan dengan susah payah ini tidak akan dilanjutkan dan mangkrak di tengah jalan. Padahal hampir semua dibiayai dengan hutang", tanya Wapres.

"Jangan khawatir. Apa yang kita lakukan kalau itu dianggap baik dan penting bagi bangsa ini pasti akan diteruskan oleh pengganti kita. Sebaliknya jika dianggap tidak penting dan jadi beban ya sudah sewajarnya kalau tidak diteruskan. Saya kira seluruh rakyat akan menjadi pengawal. Mereka tidak akan tinggal diam", jawab Presiden optimis.

"Wah, sungguh saya sangat terharu dan kagum kepada Bapak. Bapak memang berjiwa negarawan. Jika setiap Presiden seperti Bapak, negeri ini akan cepat maju dan sukses". Spontan Wapres memeluk Presiden. Mata Wapres berkaca-kaca. Jumat pagi ini begitu luar biasa.

"Saya memang bukan yang terbaik. Mungkin tidak semua kebijakan yang saya ambil sebagai Presiden selalu menyenangkan rakyat. Kadang bahkan menyusahkan. Tapi saya berusaha berbuat yang terbaik. Apa yang saya lakukan semua untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. Semoga apa yang saya lakukan ini akan menjadi catatan kebaikan di mata Allah SWT. Dan menghapus dosa dan kesalahan saya". 

Presiden pun bergerak mengambil kertas tisu di meja untuk menghapus sudut matanya yang sedikit basah.

"Tolong Bapak sampaikan ke Mensekab agar menyiapkan konperensi pers jam 10.00. Saya berharap ini jadi kado ulang tahun kemerdekaan 9 Ramadhan 1439 H. Kebetulan jatuh pada hari Jumat. Semoga jadi berkah", kata Presiden kepada Wapres. Seketika Wapres minta izin meninggalkan ruangan. Menghubungi Mensekab untuk menyiapkan konpres jam 10.00.

Pas jam 10.00, saya terbangun dari tidur di depan tv. Saya coba perhatikan layar kaca. Tidak ada breaking news, cuma acara iklan tv berbayar. Saya coba ganti channel, ternyata sama saja. Ah, mungkin itu cuma mimpi saya saja. Tapi saya begitu jelas dengan figur Presiden dan Wapres, sangat familiar. Cuma saya lupa Presiden dan Wapres negara mana.

*Izzul Muslimin, mantan Ketua  Umum PP Pemuda Muhammadiyah 2006-2010.