Ingin Sebarkan Virus Perdamaian, Prof Nasaruddin Umar Resmikan NOU

Nasaruddin umar Office, radikalisme, indonesia, nasaruddin umar,

Ingin Sebarkan Virus Perdamaian, Prof Nasaruddin Umar Resmikan NOU

MONITORDAY.COM – Dalam upaya untuk mengantisipasi bahaya radikalisme di Indonesia, seorang Ulama, Guru Besar PTIQ, dan Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar meresmikan sebuah lembaga, bernama Nasaruddin Umar Office (NUO). (Senin, 28/01/2019)

Menurut Nasaruddin Umar, bahwa sejak 2011 tingkat radikalisme mulai tumbuh dan meningkat pesat di Indonesia, “Temuan kami di 2011, ada kekhawatiran tingkat pertumbuhan hardliners semakin bertambah. Dan kami tahu provinsi mana saja, meskipun rasanya mengherankan tapi ya itu hasilnya,” kata Nasaruddin.

Berdasarkan hasil survei tahun 2017, beliau mengatakan potensi radikalisme di Indonesia mencapai 55,12 persen. “Harus ada upaya untuk mencoba mengerem pertumbuhan ini, karena dari tahun ke tahun kurvanya meningkat”.

Tak hanya itu, Guru Besar PTIQ itupun menyebut Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Utara masuk kategori memprihatinkan. Sedangkan Sulawesi Tengah berada diurutan bawah, sehingga diperkirakan justru pendatang yang membawa bibit radikalisme sedangkan penduduk aslinya toleran.

“NUO ingin memberikan pemikiran untuk bangsa ini, sekecil apapun diharapkan bisa menghadirkan sebuah ketenangan, kesejukan dan kedamaian untuk segenap warga negara,” ujar dia.

NUO mewadahi lembaga-lembaga yang bertujuan menciptakan masyarakat sipil yang damai, tolera dan berkeadaban. Beberapa di antaranya The Nusa Institute, Balqis Foundation dan Pondok Pesantren Al-Ikhlas.

Survei 2018, ia mengatakan pihaknya menemukan kearifan lokal justru menjadi daya perekat sekaligus kontrol dan modal menangkal radikalisme. Banyak hal bisa menangkal tapi justru kearifan lokal sangat penting.

“Tapi masalahnya pengetahuan tentang kearifan lokal ini dalam fase kritis. Anak-anak milenial, karena mungkin sangat plural, sudah tidak paham,” lanjutnya.

Ini, menurut dia, menjadi tantangan, bagaimana kearifan lokal dapat diangkat lagi ke permukaan. Memang ada kurikulum konten  lokal, tapi sangat sedikit.

“Kami sarankan ini diperkuat,” ujar Nasaruddin yang juga merupakan Direktur NUO.

Selain itu ada pembinaan khatib dan imam masjid profesional, mengingat kekosongannya  dapat menjadi celah bagi masuknya radikalisme ke masjid-masjid. Fokus selanjutnya adalah memberdayakan situs Islam moderat “Rukun” untuk menangkal situs-situs Islam radikal, mengingat 80 persen situs ternyata dikuasai oleh kelompok radikal.

Terakhir NUO juga memiliki program yang akan menjaring kalangan menengah atas untuk turut dalam kajian-kajian mereka. Banyak dari mereka merupakan pemilik perusahaan yang membawahi banyak karyawan, maka dampaknya akan terasa, karena akan ditularkan kepada pekerjanya tersebut, kata Nasaruddin.

Menurut dia, sebuah program dengan metode pembelajaran yang dipercaya  dapat diterima oleh kalangan ini. “Mereka ingin belajar agama tapi tidak mau digurui, karenanya harus dialogis”.

Sejumlah pejabat turut hadir pada peresmian NUO, di antaranya Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin, Dirjen Bimas Islam Kemenag Muhammadiyah Amin, perwakilan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristedikti), serta tokoh lintas agama.