Diingatkan, Rekonsiliasi PEN Lebih Penting daripada Rekonsiliasi Rizieq

MONITORDAY.COM - Fenomena kepulangan pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dinilai bisa menggangu upaya pemulihan ekonomi nasional (PEN). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) 9,1% akibat pandemi Covid-19 yang mestinya menjadi perhatian khusus segenap komponen bangsa Indonesia.
"Seharusnya energi bangsa digunakan untuk bagaimana secara bersama-sama memulihkan ekonomi nasional," kata komponen aktivis 98 Aznil Tan melalui pesan elektronikkepada redaksi, Jumat (13/11/2020).
Menurutnya, tawaran rekonsiliasi yang disampaikan Rizieq bukan agenda nasional yang perlu ditanggapi. Ia mendorong segenap komponen bangsa untuk all out menyatukan energi mengawal implementasi penggunaan anggaran negara Rp695,2 triliun dalam upaya penanganan Covid-19 dan PEN pada massa pandemi serta pasca pandemi.
Salah satu deklarator Barikade 98 itu mengingatkan, implempentasi PEN yang saat sekarang ini lebih dibutuhkan oleh rakyat.
"Saya menyarankan pemerintah cuek saja dengan isu rekonsiliasi yang mereka mainkan. Jangan sampai kegaduhan ini dimanfaatkan oleh pejabat menilap anggaran PEN," tuturnya.
Aznil menekankan persoalan hukum mesti diselesaikan secara hukum, bukan dengan rekonsiliasi. Aznil menyinggung kelompok fanatisme sektarian saat ini sengaja dipelihara oleh tokoh-tokoh tertentu sebagai modal politik dan alat bargaining position.
"Saya harus akui bahwa ada tokoh-tokoh hitam berhasil menghimpun massa sektarian. Mereka berhasil memframing figur-figur tertentu sebagai tokohmya. Tapi mereka itu cuma 0,1% dari jumlah penduduk Indonesia dan hanya menguasai jalanan," pungkas Aznil Tan.[]