Indonesia Kirim 100 Guru Didik Anak TKI di Malaysia, Mendikbud : Bukti Kehadiran Negara Dalam Mencerdaskan Anak Bangsa
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan sebanyak 100 guru ke Malaysia untuk mendidik anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di sana. Saat ini, guru yang terpilih baru sebanyak 95 orang yang dikirim ke Malaysia.

MONITORDAY.COM – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan sebanyak 100 guru ke Malaysia untuk mendidik anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada di sana. Saat ini, guru yang terpilih baru sebanyak 95 orang yang dikirim ke Malaysia.
Tahapan pengiriman para guru itu telah dilakukan pada Kamis-Jum’at, 1-2 November kemarin yang dikirim ke Serawak dan Sabah. Adapun sisanya, nanti akan diberangkatkan ke Kuching, Malaysia, setelah perizinannya rampung.
Tujuan dari pengiriman guru terpilih untuk melayani pendidikan anak-anak tenaga kerja Indonesia selama dua tahun. Hal ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam mencerdaskan anak bangsa di manapun mereka berada.
Mereka yang bertugas adalah guru profesional yang memiliki sertifikat pendidik yang sah dari pemerintah Indonesia dengan kompetensi meliputi pedagogi, kepribadian, sosial, dan profesinalisme.
Kepada guru yang terpilih tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy berpesan agar proaktif mencari siswa bagi pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM). Tindakan proaktif diperlukan karena kondisi di sana jauh berbeda dengan kondisi sekolah di kota-kota besar di Indonesia.
Selain itu, Muhadjir juga meminta para guru menggali potensi anak-anak Indonesia di tempatnya bertugas sehingga lebih banyak siswa sukses nantinya.
“Ini tanggung jawab yang besar dalam membawa nama Indonesia sekaligus pengabdian. Anda [sebagai guru] adalah wajah dari negara Indonesia yang akan berada di Malaysia,” ujar Muhadjir di Jakarta, Sabtu Kemarin (3/12).
Saat ini, Mendikbud mengungkapkan masih ada sekitar seratus ribu anak-anak dari Tenaga Kerja Indonesia yang belum terlayani pendidikannya. “Kita [Pemerintah] baru bisa melayani sekitar 28 ribu, sekarang mau dinaikkan sampai 50 ribu targetnya,” tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.
Sebelumnya, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Praptono menegaskan kegiatan belajar mengajar di lokasi penempatan harus tetap berjalan meskipun pendukung delapan standar nasional pendidikan tidak tersedia sepenuhnya. Sarana prasarana yang terbatas, kelebihan jam kerja, dan lainnya menjadi tantangan yang harus dipecahkan para guru.
“Semoga anak-anak Indonesia di Malaysia bisa terlayani pendidikannya dan meraih masa depan yang lebih baik sehingga melalui pendidikan akan memutus rantai kemiskinan dan kebodohan,” ucapnya saat memberikan sambutan acara Serah Terima Guru untuk Pendidikan Anak-anak Indonesia di Malaysia, di Hotel Klagan Regency, Kota Kinabalu, Malaysia, beberapa waktu lalu.
Potensi besar dan kecerdasan anak-anak TKI tersebut diakui oleh salah satu guru yang pernah dikirim dan bertugas di Malasysia, Diah Rizki Hutaminingsih. Menurutnya, anak-anak Indonesia di Malaysia sebenarnya memiliki potensi yang besar, namun kesempatan mereka memperoleh pendidikan belum sepenuhnya ada.
“Semoga anak-anak Indonesia di Malaysia bisa kembali ke Indonesia menjadi individu yang bermartabat bagi negaranya,” katanya.
Hasil data kemendikbud menyebutkan hingga saat ini PKBM di Malaysia terdapat 294 lembaga dengan rincian 155 jenjang sekolah dasar (SD) dan 139 jenjang sekolah menengah pertama (SMP). PKBM atau lebih dikenal dengan istilah Community Learning Center (CLC) merupakan lembaga pendidikan non formal yang diprakarsai dan dikelola masyarakat sebagai upaya memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Pengiriman guru ke Malaysia ini merupakan yang ke-9 kalinya sejak 2006. Hingga saat ini sebanyak 290 guru Indonesia mengajar di 294 PKBM di Malaysia yang tersebar di wilayah Sabah dan Sarawak.