Hindari Penularaan Covid-19, Kenali Suhu Tubuh Anda!

Dalam kasus virus Corona di Indonesia, Juru Bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan saat ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus virus korona dengan gejala yang ringan.

Hindari Penularaan Covid-19, Kenali Suhu Tubuh Anda!
Ilustrasi/ Net

MONITORDAY. COM - Virus Corona (Covid-19) berkembang berbagai negara, salah satunya negara Indonesia. Alat bantu themal gun untuk mengukur suhu tubuh, kini juga digencarkan di banyak tempat untuk menghindari penularaan Covid-19 tersebut.

Kini thermal gun berfungsi untuk mengecek suhu tubuh manusia. Sebagian dari anda mungkin juga bingung dengan suhu tubuh normal, bisa dikatakan demam atau tidak. Bahkan, mungkin tidak paham dengan cara membedakannya.

Dalam kasus virus Corona di Indonesia, Juru Bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan saat ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus virus korona dengan gejala yang ringan.

Diketahui, salah satu gejala virus Corona pada awal virus ini merebak adalah suhu tubuh yang tinggi. Namun belakangan, banyak pasien positif Corona justru memiliki suhu tubuh normal dan cenderung rendah.

Pada Kamis (19/3/2020), Webmd mengulas tentang perbedaan suhu tubuh normal, demam, dan rendah.

Suhu tubuh normal

Tidak semua suhu tubuh normal sama. Artinya, suhu tubuh Anda bisa sangat berbeda dengan orang lain, meski statusnya sama-sama ditetapkan normal. Seorang dokter asal Jerman pada abad ke-19 lalu, telah menetapkan standar suhu tubuh normal adalah 37 derajat Celsius.

Namun, studi terbaru menyebutkan suhu normal kebanyakan orang adalah 36,7 derajat Celsius. Untuk orang dewasa, suhu tubuh normal umumnya berkisar antara 36,1 derajat Celsius sampai 37,2 derajat Celsius.

Sementara untuk bayi dan anak-anak memiliki kisaran yang sedikit lebih tinggi, yakni 36,6 derajat Celsius hingga 38 derajat Celsius. Namun perlu diingat bahwa suhu tubuh seseorang tidak akan sama sepanjang hari.

Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, yakni seberapa aktif Anda, usia, jenis kelamin, makanan atau minuman apa saja yang sudah dikonsumsi hingga kondisi mensturasi bagi para kaum wanita.

Demam

Pertanyaan selanjutnya, pada suhu berapakah seseorang dapat dikatakan dalam kondisi demam? Menurut para ahli medis, seseorang dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius sudah dapat dianggap demam.

Anda mungkin merasa sedikit khawatir melihat kondisi ini, namun ada kalanya demam baik bagi kesehatan. Ketika demam melanda, ini menandakan tubuh sedang melawan virus dan bakteri penyakit di dalam tubuh.

Tetapi bila suhu tubuh sudah menyentuh angka 39 derajat Celsius atau lebih tinggi dan demam telah berlangsung selama lebih dari tiga hari, sebaiknya segera hubungi dokter. Lakukanlah tindakan ini, bila Anda juga mengalami gejala-gejala seperti pembengkakan tenggorokan yang parah, muntah, sakit kepala, nyeri dada, leher kaku, atau ruam.

Untuk anak-anak memang sedikit lebih rumit. Sebaiknya segera hubungi dokter bila anak berusia di bawah tiga bulan memiliki suhu rectal lebih dari 38,8 derajat Celsius. Sementara bagi mereka yang berusia antara tiga bulan sampai tiga tahun, dapat dikatakan demam ketika memiliki suhu rectal di atas 39,4 derajat Celsius.

Hipotermia

Selain suhu tubuh tinggi atau demam, masyarakat juga harus waspada bila suhu tubuh mereka terbilang rendah. Hal ini bisa jadi menunjukkan tanda-tanda atau gejala hipotermia.

Hipotermia sering terjadi pada mereka yang berusia lanjut dan bayi. Bayi berpotensi terkena hipotermia karena ketidakmampuan mereka mengatur suhu tubuh. Mereka juga bisa kehilangan panas dengan cepat.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga suhu tubuh mereka agar tetap hangat. Suhu tubuh di bawah 36,1 derajat Celsius diklaim terlalu rendah untuk bayi.

Orang dewasa berusia lanjut juga memiliki potensi terkena hipotermia. Itu sebabnya mereka harus berusaha menjaga suhu tubuh di level normal.

Pemicu hipotermia pada usia lanjut disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain konsumsi alkohol, penggunaan narkoba, hipotiroidisme, anoreksia, stroke, sepsi, penyakit parkinson, kerusakan saraf, malnutrisi, penggunaan obat penenang, dan anestesia.