Hari Raya Islam

KEBAHAGIAAN dan kegembiraan kaum mukminin di berbagai belahan dunia terjadi pada saat hari raya Islam. Dan hakikat hari raya merupakan suatu eksperesi keberhasilan ibadah seorang hamba dalam menyempurnakan ibadahnya. Allah swt berfirman, yang artinya: “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan Rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58).

Orang bijak berkata: Tiada seorangpun yang bergembira dengan selain Allah swt, kecuali karena kelalaiannya terhadap Allah Swt. Karena jika seorang yang lalai akan selalu bergembira dengan permainan dan hawa nafsunya, sedangkan orang yang berakal merasa senang dengan Rabbnya.

Ketika Nabi saw. tiba di Madinah, kaum anshar mempunyai dua hari istimewa, mereka bermain-main di dalamnya, maka Nabi saw bersabda, yang artinya: "Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari raya yang jauh lebih baik, yaitu 'Idul fitri dan 'Idul Adha" (HR: Abu Daud dan An-Nasaa'i, dengan sanad hasan).

Hadits ini menunjukkan bahwa menampakkan rasa suka cita di hari raya adalah sunnah dan disyar'atkan. Maka diperkenankan memperluas hari raya tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat dengan berbagai kebaikan dan kebajikan di dalamnya.

Hari Raya tidak identik dengan hiburan, permainan dan penghamburan  harta, tetapi hari raya merupakan sarana  untuk berzikir dan mendekat kepada Allah Swt. Makanya Allah gantikan bagi umat ini dua hari raya yang syarat dengan hiburan dan permainan, dengan dua hari raya yang penuh zikir, syukur dan ampunan.

Di dunia ini kaum mukminin mempunyai tiga hari raya: hari raya yang datang setiap pekan, yaitu pada hari Jumat. Dan dua hari raya yang masing-masing datang sekali dalam setiap tahun, yaitu: Idul Fitri setelah puasa Ramadhan, hari raya ini sebagai penyempurna puasa Ramadhan yang merupakan rukun Islam keempat. Apabila kaum muslimin menyelesaikan puasanya, maka mereka berhak mendapatkan ampunan dari Allah dan terbebas dari api neraka.

Sebagian manusia dibebaskan dari Neraka padahal dengan berbagai dosanya ia semestinya masuk Neraka, maka Allah mensyariatkan bagi mereka hari Raya setelah menyempurnakan puasanya, untuk bersyukur kepada Allah, berdzikir dan bertakbir atas petunjuk dan syariatnya berupa shalat dan bersedekah pada hari raya tersebut.

Kedua, Idul Adha, atau hari raya kurban, ia lebih agung dan utama daripada Idul Fitri. Hari Raya ini merupakan penyempurnaaan ibadah haji yang merupakan rukun islam yang kelima, bila kaum muslimin merampungkan ibadah hajinya, niscaya diampuni dosanya. Dan bagi umat  Muslim yang tidak berangkat haji, disunahkan untuk memotong hewan kurban, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt.