Harga Masih Tak Normal, Dekan FEB UMP Ungkap Keberadaan Minyak Goreng Pun Langka

Harga Masih Tak Normal, Dekan FEB UMP Ungkap Keberadaan Minyak Goreng Pun Langka
Dekan Fakultas Ekonomi UMP, Dr. Naelati Tubastuvi di Diskusi Virtual Kopi Pahit MMG (Dok: layar tangkapan zoom MMG)

MONITORDAY.COM - Pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi yang memastikan situasi kelangkaan minyak goreng premium dan sederhana dalam bentuk kemasan akan kembali normal sepekan, paling lambat akhir Februari 2022 menuai ragam tanggapan.

Faktanya, harga kian tak normal bahkan terjadi kelangkaan hingga Sabtu (5/3/2022).

Lebih mengagetkan lagi, Sekretaris Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) I Gusti Ketut Astawa mengaku heran bahwa pasokan minyak goreng langka di pasaran.

Menurut Ketut, persediaan minyak goreng seharusnya banjir pada dua pekan terakhir.

Terbaru, Kementerian Perdagangan kembali memastikan bahwa harga minyak goreng bakal normal hingga ramadhan, Maret 2022. 

Menanggapi pernyataan tersebut, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Dr. Naelati Tubastuvi di diskusi virtual Kopi Pahit Monday Media Group, Kamis (3/3/2022)  mengaku pasang surut pernyataan Kemendag soal harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng menimbulkan tanda tanya, apa yang terjadi?

Pernyataan tersebut menimbulkan anomali dan terjadi inkonsistensi. Bagaimanapun, pernyataan pejabat publik apalagi Mendag menjadi harapan masyarakat. 

Kemendag diminta agar  tidak membuat Ema-Emak Se-Nusantara cemberut, maklum tanda-tanda harga minyak goreng kembali normal itu masih gaib.

Terlebih Presiden Jokowi sudah mengultimatum Kemendag agar harga-harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng tidak melangit.

" Pak Jokowi sudah clear minta Kemendag agar semuanya tidak melangit. Faktanya, sudah tidak normal haraganya, langka pula. Jangan sampai ucapan Pak Mendag menimbulkan ragam persepsi, " ucap Naela (sapaan akrabnya). 

Apalagi Indonesia ini negeri kaya kelapa sawit, Naela mengutip sejumlah data bahwa Indonesia merupakan negara eksportir kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), total nilai ekspor kelapa sawit dari Indonesia mencapai US$17,36 miliar pada 2020. Angka tersebut memberikan kontribusi sebesar 53,46% dari total nilai ekspor kelapa sawit global yang mencapai US$32,48 miliar pada 2020. 

Malaysia berada di bawah Indonesia sebagai eksportir kelapa sawit terbesar. Negeri Jiran tersebut mencatatkan nilai ekspor US$9,78 miliar atau 30,12% dari total nilai ekspor global. Adapun kontribusi negara-negara eksportir lainnya sangat kecil dibanding Indonesia dan Malaysia.

Nilai ekspor kelapa sawit Belanda hanya US$1,04 miliar (3,2%), Papua Nugini US$481,1 juta (1,48%), dan Guatemala US$465,7 juta (1,43%). Sedangkan nilai ekspor kelapa sawit dari Kolumbia tercatat sebesar US$ 406,3 ribu (1,25%), dan gabungan negara-negara lainnya US$2,9 miliar (9,05%). 

Naela juga mengaku menarik dengan pernyatan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang melihat ada sinyal kartel dari kenaikan harga minyak goreng yang terjadi belakangan. Pasalnya, perusahaan-perusahaan besar di industri minyak goreng dinilai kompak untuk menaikkan harga secara bersamaan.

Meroketnya harga minyak goreng di Indonesia ini jadi ironi, ujar Naela, mengingat pasokan minyak sawit di Indonesia selalu melimpah. Bahkan tercatat jadi negara penghasil CPO terbesar di dunia.

Secara umum, harga minyak goreng berada di kisaran Rp 19.000 per liter, bahkan di beberapa daerah harganya sudah melambung di atas Rp 20.000 per liter. Harga minyak goreng ini sudah jauh melampaui harga eceran tertinggi (HET) pemerintah sebesar Rp 11.000 per liter.

Naela berharap agar Kemendag memastikan harga minyak goreng bisa normal kembali, apalagi menjelang ramadhan. Ada fenomena yang mestinya tidak perlu terjadi.

" Setiap tahun, kalau mau bulan suci, seringkali harga-harga primer merangkak naik, minyak goreng belum selesai, kini harga telur, daging dan kedelai juga mulai mengalami kenaikan. Terlebih dimasa pandemi seperti saat ini, " tanya Naela sembari berharap ada solusi konkrit agar masyarakat tidak dibuat kesulitan.