Harga Cengkih di Ambon Turun Drastis

Sedangkan harga komoditi lain seperti biji pala bundar masih tetap stabil yakni Rp63.000/Kg, fuli (pembungkus biji pala) Rp220.000/Kg, dan coklat Rp27.000/Kg.

Harga Cengkih di Ambon Turun Drastis
Ilustrasi/ Net

MONITORDAY.COM - Harga hasil perkebunan Maluku berupa cengkih yang dipatok pedagang pengumpul di Kota Ambon terus bergerak turun cukup drastis jika dibandingkan dengan bulan Juli 2020.

Hasil pantauan di lokasi transaksi hasil perkebunan di jalan Setia Budi, kawasan Rijoly, Kelurahan Batu gajah, Selasa, pengumpul menawarkan harga cengkih sebesar 50.000/Kg atau turun dari sebelumnya Rp57.000.

Dilansir dari Antara pada Selasa (18/08/2020), sedangkan harga komoditi lain seperti biji pala bundar masih tetap stabil yakni Rp63.000/Kg, fuli (pembungkus biji pala) Rp220.000/Kg, dan coklat Rp27.000/Kg.

"Kalau kopra sekarang cukup membawa angin segar bagi para petani di daerah ini, sebab harga kopra naik hingga mencapai Rp6.700/Kg dari sebelumnya Rp6.200," kata Evi, pengumpul di lokasi transaksi di jalan Setia Budi, kawasan Rijoly, Kelurahan Batu gajah.

Namun, walaupun harga kopra bergerak naik, sekarang ini dengan adanya COVID-19 banyak petani yang belum datang menjual hasil olahannya maupun hasil perkebunan lainnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan perubahan harga yang terjadi di Kota Ambon selalu mengikuti perkembangan harga yang terjadi di Kota Surabaya. Kalau di Surabaya naik atau turun, sudah pasti terjadi perubahan juga di Ambon.

Hal ini disebabkan karena hasil pembelian berbagai jenis hasil perkebunan Maluku dijual lagi ke Surabaya sebagai pasar utama.

Selain itu, Evi menjelaskan sekarang ini petani yang biasanya datang dari Pulau Ambalau, Buru dan sebagian dari Pulau Seram untuk menjual hasil panen mereka sekarang agak jarang datang melakukan transaksi, hal ini terkait dengan berbagai pertimbangan terutama arus transportasi yang berhubungan dengan aturan dalam rangka memutuskan penyebaran COVID-19 di daerah ini.

Evi menambahkan, selama bulan Agustus ini baru kita buka toko lagi setiap hari, berbeda dengan bulan yang lalu, dimana dalam satu minggu kami buka hanya dua atau tiga hari saja selebihnya tutup, sebab jarang petani melakukan transaksi.