Hambatan Ekonomi Hijau dan Tantangannya

MONITORDAY.COM – Konsep green economy atau ekonomi hijau merupakan suatu konsep yang relatif baru, namun konsep ini sejatinya merupakan pengembangan dari sustainable development. Presiden Joko Widodo menilai produk hijau menjadi peluang bagi Indonesia. Ulasan kali ini lebih ditekankan pada sisi hambatan dan peluang pengembangannya.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup sangat populer dipergunakan di negara-negara Barat. Konsep ini sudah lama dijalankan oleh pemerintah Indonesia yang dikenal dengan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Dalam konteks perubahan iklim atau climate change dan green economy, Bappenas telah meluncurkan "Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR)" yang memuat strategi sembilan sektor, yaitu kehutanan, energi, industri, transportasi, limbah, pertania, kelautan dan perikanan, sumber daya air, dan kesehatan dalam menghadapi tantangan Perubahan iklim hingga tahun 2030 ke depan.
Sehubungan dengan ICCSR tersebut maka peran Kementerian Keuangan sangat vital. Untuk itu kebijakan fiskla ke depan akan diarahkan untuk mendorong pengembangan energi panas bumi dan energi terbarukan, memperbaiki hasil hutam dan mengakses pasar karbon REDD dan isu terkait dengan pendapatan dari sektor kehutanan, serta mekanisme insentif kehutanan daerah.
Sejumlah kendala memang menghadang upaya mewujudkan green economy. Monitorday merumuskannya dalam beberapa hal berikut ini.
Pertama, transisi ke ekonomi hijau memakan waktu dan akan membutuhkan kewaspadaan dan upaya yang konstan, meskipun upaya dan waktu yang digunakan dalam proses tersebut bisa jadi mendatangkan hasil yang layak di masa depan. Dalam kondisi pandemi dimana negara membutuhkan anggaran yang cukup besar dan pendapatan negara yang turun drastis tentu tantangannya semakin berat. Meski yang berat bukan berarti tidak mungkin.
Kedua, biaya barang bisa sangat tinggi karena mendirikan industri hijau baru dengan dukungan teknologinya akan memerlukan biaya tinggi. Komponen pembentuk biaya barang terkait investasi dasar dan modal kerja, dari biaya produksi hingga distribusi dan biaya turunannya. Hal ini bisa ditekan bila ada insentif untuk green product.
Ketiga, produk ramah lingkungan selalu lebih mahal daripada barang konvensional. Tantangan harga produk ramah lingkungan ini memerlukan antisipasi kebijakan yang afirmatif bagi industri atau dunia usaha bahkan konsumen pengguna produk ramah lingkungan. Agar harga produk hijau semakin murah atau setidaknya tidak terlalu mahal jika dibandingkan produk konvensional.
Keempat, pemerintah membutuhkan biaya investasi yang besar untuk mendukung penemuan baru yang melibatkan penelitian ekstensif. Kemauan politik yang kuat dapat mendorong kebijakan yang memang membutuhkan investasi yang besar namun dalam jangka panjang sangat bernilai. Investasi terbesar bagi kehidupan masa depan adalah lingkungan hidup yang lestari.
Kelima, pajak akan cenderung naik untuk mendukung investasi yang membutuhkan dana besar. Pemerintah memerlukan sumber pendanaan untuk mendukung kebijakan pro-lingkungan. Dan pajak adalah sumber pendapatan utama Pemerintah.
Keenam, selama tahun-tahun awal pembangunan ekonomi hijau, bisa jadi ancaman dan potensi terjadinya korupsi pejabat tidak jujur akan meningkat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri. Upaya untuk mengawal kebijakan pro-lingkungan akan berhadapan dengan para politisi yang tergoda oleh rasuah para pengusaha yang mementingkan keuntungan jangka pendek.
Sisi positifnya ekonomi hijau berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, dan dengan demikian meningkatkan kualitas tanah, air, dan udara, serta melindungi kesejahteraan lingkungan.
Pemanasan global, hilangnya keanekaragaman hayati, penggundulan hutan, penggurunan, penipisan sumber daya secara bertahap dapat diminimalkan dengan menerapkan ekonomi hijau yang secara otomatis akan menyelamatkan bumi dan hewan dari kehancuran sejauh mungkin.
Pertumbuhan ekonomi juga meningkat karena pembentukan pasar baru untuk bahan bakar nabati dan sumber energi terbarukan. Dengan begitu ada kemungkinan terbentuk pasar baru yang berpotensi mengundang dana melalui ekspor dan juga meningkatkan penjualan di pasar domestik.
Belum lagi potensi terjadinya penciptaan lebih banyak industri yang berarti lebih banyak lapangan kerja sehingga masyarakat lebih stabil karena secara ekonomi akan lebih terjamin. Sedangkan industri pertanian akan mampu mencapai tempat yang bermartabat karena penekanan pada teknologi hijau.