Geliat Pasar Global, Kerek Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Pasar minyak sawit global terus bergeliat seiring dengan menipisnya cadangan minyak nabati di beberapa negara tujuan ekspor.

MONDAYREVIEW.COM – Pasar minyak sawit global terus bergeliat seiring dengan menipisnya cadangan minyak nabati di beberapa negara tujuan ekspor. Agustus ini, ekspor minyak sawit Indonesia (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) membukukan peningkatan sebesar 24% atau mencapai 2,98 juta ton dibandingkan bulan Juli lalu yang hanya mencapai 2,40 juta ton.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Togar Sitanggaang dalam keterangan tertulis, Selasa (10/10).
Menurutnya meningkatnya ekspor minyak sawit dari Indonesia didukung oleh permintaan dari China yang meningkat sangat signifikan. Selama Agustus Negeri Tirai Bambu ini menaikkan permintaan minyak sawitnya dari Indonesia sebesar 169% atau dari 167,28 ribu ton di Juli melambung menjadi 449,20 ribu ton di Agustus.
“Ini adalah rekor permintaan tertinggi Negeri Panda sepanjang tahun 2017. China meningkatkan pasokan minyak sawit untuk mengisi stok di dalam negeri,” katanya.
Meningkatnya permintaan minyak sawit dari Indonesia juga terjadi di beberapa negara. Misalnya Bangladesh mengalami peningkatan permintaan minyak sawit dari Indonesia sebesar 51% atau dari 91,69 ribu ton di Juli naik menjadi 138,17 ribu ton.
“Mengekor dibelakang ada Amerika Serikat, India dan negara-negara Uni Eropa dengan kenaikan masing-masing 29%, 21% dan 14%,” imbuhnya.
Seperti diketahui sejak Agustus 2017 India efektif memberlakukan kenaikan pajak impor untuk CPO menjadi 15% dan refined product 25% atau masing-masing naik 7,5% dan 15% daripada sebelumnya. Tapi menurut Togar kenaikan pajak impor ini tidak menyurutkan para trader untuk membeli CPO dan turunannya.
Menurutnya hal ini dipacu oleh keterbatasan persediaan dan di saat yang sama produksi kedelai di Canada dan Australia juga memburuk karena cuaca yang tidak mendukung. Sehingga ada kekhawatiran stok global minyak nabati akan berkurang dan harga dipastikan akan naik jika pasokan global ketat.