Gebrakan Mendikbud Muhadjir Effendy Direspon Positif Publik

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta – Berdasarkan hasil survei nasional Saiful Mujani Reseacrh & Consulting (SMRC), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menempati peringkat ke-3 setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemudian Kementerian Agama. Hal ini menunjukkan gebrakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mendapat respon positif dari publik.

Gebrakan Mendikbud Muhadjir Effendy Direspon Positif Publik
Harian Nasional

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta – Berdasarkan hasil survei nasional Saiful Mujani Reseacrh & Consulting (SMRC), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menempati peringkat ke-3 setelah Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemudian Kementerian Agama. Hal ini menunjukkan gebrakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mendapat respon positif dari publik.

Semenjak ia resmi menjabat sebagai Mendikbud 27 Juli 2016 menggantikan Anies Baswedan, publik menilai Muhadjir mampu membawa arah pendidikan Indonesia lebih baik.

Terbukti dari hasil survei SMRC, kepercayaan dan harapan publik terhadap kinerja Kemendikbud semakin meningkat, meski sebelumnya sempat turun. Pada bulan Desember 2015 publik menilai kinerja Kemendikbud mencapai 5,4%, kemudian di bulan Maret 2016 menurun menjadi 3,7%, dan bulan Juni 2016 semakin turun menjadi 2,3%. Namun akhirnya, di bulan Oktober 2016 meningkat menjadi 5,5%. Artinya, gebrakan-gebrakan yang dilakukan Mendikbud sekarang berhasil mengembalikan kepercayaan dan harapan publik terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat pendidikan dari Sekoalah Tinggi Agama Islam Bani Saleh Andriyansyah mengatakan, kinerja Mendikbud setelah Anies Baswedan di reshuffle masih belum signifikan. 

"Sebab, terobosan baru dalam kebijakan pendidikan yang digelorakan Muhadjir dengan sistem Full Day School-nya masih terlalu dini jika survei Saiful Mujani itu, atau SMRC menyimpulkan kinerja Kemendikbud yang baru mengalami kinerja naik 5,5%," kata Andri, ketika dihubungi Mondayreview.com, Senin (24/10).

Menurut Andri, Mendikbud perlu merancang kebijakan baru dengan tetap memperhatikan guru sebagai ujung tombak pendidikan, serta menakar kurikulum nasional agar tidak memberatkan siswa dan guru dalam proses belajar di sekolah.

"Buat gebrakan baru dengan lebih memperhatikan nasib kesejahteraan guru dan merancang kurikulum yang lebih relevan untuk masa kini dengan tidak memberatkan siswa serta guru dalam proses belajar mengajar. Setelah itu, Pak menteri adakan pelatihan-pelatihan guru," paparnya.

Pasalnya, proses pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas guru dan budaya di sekolah, "Sebab, menurut saya, terciptanya suatu pendidikan yang diharapkan itu bukanlah dari kurikulumnya yang bagus, tapi yang paling menentukan adalah kualitas guru dan kultur sekolahnya," jelas Andri.

Sejauh ini, lanjutnya, nilai yang didapat oleh Menteri Pendidikan sekarang cukup baik, namun memang jika disimpulkan secara keseluruhan dengan indeks prestasi berdasarkan survei masih terlalu dini dan terkesan terburu-buru.

"Harapan saya Muhajir Effendy banyak memberikan kontribusi besar bagi pendidikan Indonesia, yang paling penting bagaimana caranya mensejahterakan guru tanpa memarginalkan antara guru PNS dan Honorer," pungkas Andri.

AHMAD JAMALUDIN