Film dan Propaganda Sejarah
Dalam hal inilah kekokohan masyarakat sipil dibutuhkan. Untuk membuka ruang dialog dan memastikan narasi penguasa tidak tunggal dan benar 100%.

MONDAYREVIEW.COM – Masih ingat film G 30 S/PKI karya sutradara Arifin C Noer? Film yang pertama kali beredar tahun 1984 itu pada masanya menjadi tontonan wajib tiap tanggal 30 September. Rencana TNI Angkatan Darat untuk menggelar acara nonton bareng film tersebut untuk lingkungan internal – mendapatkan tanggapan beragam. Beberapa kalangan menganggap film G 30 S/PKI sebagai film propaganda sejarah bentukan Orde Baru.
Jika menilik film ‘Race’ yang menceritakan kisah pelari Jesse Owens, terdapat pula konsep film dan propaganda sejarah. Arsitek utamanya tentu Menteri Propaganda Nazi Joseph Goebbels yang ingin mendompleng Olimpiade Berlin sebagai kemegahan kejayaan Jerman.
Kecenderungan dari penguasa untuk membuat film dan propaganda sejarah sesungguhnya merupakan sesuatu yang lumrah. Dengan sumber daya yang dimilikinya, penguasa tentu menginginkan citra dan mendiseminasikan gagasan-gagasannya. Dalam hal inilah kekokohan masyarakat sipil dibutuhkan. Untuk membuka ruang dialog dan memastikan narasi penguasa tidak tunggal dan benar 100%. Maka dengan demikian propaganda sejarah yang dilakukan penguasa akan diuji di ruang publik.