Film “Kau Adalah Aku Yang Lain” Upaya Stigmanisasi Wajah Umat Islam Intoleran
Yang lebih menyedihkan film pendek karya Anto Galon ini diunggah pertama kali oleh akun media sosial Divisi Humas Mabes Polri.

MONDAYREVIEW.COM- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak sangat menyesalkan beredarnya film pendek berjudul “Kau Adalah Aku Yang Lain”. Pasalnya di dalam film tersebut menggambarkan wajah umat Islam Indonesia yang sangat intoleran.
Yang lebih menyedihkan film pendek juara Police Movie Festival IV 2017 karya Anto Galon yang dinilai menyinggung SARA ini diunggah pertama kali oleh akun media sosial Devisi Humas Mabes Polri.
Dahnil mengatakan bahwa isi ceraita dalam film tersebut ada upaya stigmanisasi bahwa umat Islam seolah-olah sangat Intoleran. Padahal selama ini umat Islam di Indonesia sangat menjujung tinggi semangat toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
"Bahkan yang digambarkan umat Islam itu sangat bodoh karena bisa menghalangi ambulans yang lewat. Apalagi alasan tidak boleh lewat karena beda agama. Saya rasa stigma ini tidak pernah ada di Indonesia," jelasnya dalam sebuah video yang diunggah akun resmi PP Pemuda Muhammadiyah, Rabu (28/6).
Lebih lanjut, Dahnil sangat menyesalkan dengan keputusan kepolisian dengan menjadikan film pendek tersebut menjadi juara Police Movie Festival IV 2017.
Baginya, keputusan kepolisan tersebut akan menjadi legalisasi dengan pemberian label juara dan turut menjadi penyebar video tersebut.
"Untuk itu, saya meminta Polri untuk segera menarik video ini dan menghukum panitia (Police Movie Festival IV 2017)," tegasnya.
Perlu diketahui Film karya Anto Galon yang berjudul “Kau Adalah Aku Yang Lain” menuai cibiran warganet dari kemarin, Selasa (27/6). Pasalnya film pendek yang terpilih sebagai juara Police Movie Festival IV 2017 dinilai telah menyudutkan umat Islam.
Film yang menceritakan seorang pasien non-muslim dalam keadaan kritis yang akan dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulans. Namun dalam perjalanan, ambulans tidak dapat melewati jalan utama. Pasalnya jembatan yang hendak dilalui rusak.
Untuk sampai ke rumah sakit ambulans tersebut harus menggunakan jalan alternatif, agar si pasien segara mendapat pertolongan dokter. Tapi jalan alternatif itu tidak bisa dilalui karena sedang digelar pengajian yang dilakukan umat Islam.
Di jalan alternatif drama dimulai, antara polisi dan seorang "Mbah". Si Mbah melarang ambulans lewat karena akan mengganggu kekhusyukan pengajian. Sementara seorang polisi mengeluarkan sejumlah argumen agar ambulan bisa lewat demi kemanusiaan.
Dialog antara Si Mbah dan polisi ini yang kemudian mendapat cibiran dari warganet pasalnya dinilai telah menghina umat Islam Indonesia yang selama ini senantiasa menjaga semangat toleransi.