Fary, Sang Karang Penjaga Asabri

Fary, Sang Karang Penjaga Asabri
Komisaris Utama PT Asabri, Fary Djemy Francis bersama Natsir Amir saat berdiskusi di acara Kopi Pahit

MONITORDAY.COM -Sastrawan Inggris Nick Hornby menuturkan bahwa hidup yang rutin ini tidak akan memberikan intensitas kepada manusia. Sepak bola dapat memberikan pengalaman akan intensitas itu, bila bola berubah menjadi gol. Di sinilah bola membentur kehidupan yang kosong dan rutin. Dan dalam benturan itulah bola memberikan kebahagiaan.

Kiranya Komisaris Utama PT Asabri, Fary Djemy Francis, sepakat dengan ungkapan penyair Inggris tersebut. Sepakbola adalah olahraga yang universal, di sana ada harapan, dirangkai dengan atas nama persaudaraan, menautkan rasa pengertian, dan untuk itulah sepakbola melahirkan kebahagiaan.

Fary memegang teguh nilai-nilai itu, bagi anak timur seperti dirinya sepakbola sudah jadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Meski ada beberapa rekan di tim memiliki skill yang menonjol, sepakbola tetaplah olahraga yang mengandalkan kerjasama tim. Konfigurasi yang sama diterapkannya kini saat menjabat sebagai Komisaris Utama PT Asabri. Perusahaan BUMN Asuransi yang sempat terlilit skandal besar.

Bagi Fary, menahkodai PT Asabri yang sedang sakit ini sangat dibutuhkan kecerdasan emosional karena berkaitan dengan komitmen tanggung jawab kerjasama dan penguasaan diri. Seperti dalam permainan sepakbola, Komisaris Utama berada di sentral pertahanan supaya mencegah gawang tidak kebobolan, sekaligus dapat mengawasi kinerja rekan-rekannya di tengah dan penyerang.

Gawang Asabri, sudah kebobolan banyak gol. Fary, yang direkrut bertugas melakukan clearance, agar situasi serupa tidak lagi terjadi. Dia boleh dibilang sebagai bek tangguh, raut wajahnya tegas, tapi juga berkharisma. Mirip Giorgio Chiellini, kapten tim Juventus, klub idolanya.

"Sebelumnya, para direksi Asabri terjerat fraud, maka dipastikan mereka telah menjalankan roda perusahaan dengan mengejar fantasy keuntungan semata tanpa menggunakan hati. Kapasitas mumpuni, namun tak diikuti dengan integritas. Maka potensi kerugian sudah pasti ada," ucap Fary saat berbincang di acara Kopi Pahit besutan Natsir Amir.

Apa yang terjadi pada PT Asabri waktu itu menandakan lemahnya pengawasan Dewan Komisaris, kerugian yang ditimbulkan tak tertahankan. Bukan hanya itu, kelompok pertama yang terkena dampak kerugian investasi itu justru para pensiunan anggota TNI/Polri, yang sepanjang hayatnya telah mengabdi untuk negara.

Mantan Ketua Komisi V DPR-RI, periode 2014-2019 ini menilai para pensiuanan TNI/POLRI itu tidak hanya purna tugas tapi sejatinya mereka pahlawan dan pejuang. Untuk itu, sebagai Komut dirinya menekankan aspek peningkatan efektivitas manajemen risiko pengendalian dan tata kelola perusahaan.

Selain itu, disampaikan Fary, hal yang tak kalah penting adalah pengembangan SDM agar lebih difokuskan pada proses kegiatan utama Asabri, meningkatkan peran dan kapabilitas merupakan modal utama sebuah perusahaan dapat memenuhi prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Ferry yang sempat menempuh program study di Ohio University pada 2003 ini juga mengibaratkan Satuan Audit Internal (SAI) dalam satu perusahaan seperti unit pertahanan dalam sepakbola. Juventus, tim kebanggaannya dikenal sebagai tim yang memiliki penggawa kokoh di lini belakang. Karenanya lebih suka bermain pragmatis.

Filosofi Sepakbola di Italia itu sederhana, sebuah tim hanya dapat memenangkan kejuaraan kalau jumlah kebobolannya dapat ditekan seminimal mungkin. Di Asabri mau tidak mau penguatan dan pemberdayaan unit satuan audit internal mutlak dilakukan, sebab orientasinya adalah hasil akhir.

Dari lini belakang, Fary juga bertugas memberikan arahan kepada para stakeholder seperti selalu memenuhi seluruh kewajiban peserta, program asset recovery dalam memulihkan aset perusahaan, penempatan investasi perusahaan agar pada instrumen yang lebih prudent, menjaga dan meningkatkan pelayanan kepada seluruh peserta anggota anggota TNI dan Polri ASN dan pensiunan. 

Hasilnya, Cash Flow perusahaan yang sebelumnya berdarah-darah kini sudah mulai tertata kembali. Fary memastikan PT Asabri dapat memenuhi seluruh kewajiban kepada peserta, juga mengawal inisiatif direksi dalam perbaikan kesehatan keuangan berupa penyesuaian bunga aktuaria.

Pelajaran paling penting dari bobolnya keuangan PT Asabri adalah penempatan investasi yang sekarang harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip GCG serta mesti didukung dengan kajian secara mendalam dan didokumentasikan dengan baik.

Terakhir, Fary meminta para stakeholder dan jajaran direksi agar terus berinovasi dalam peningkatan pelayanan dengan memanfaatkan teknologi informasi. 

Mengembangkan database yang handal dalam rangka mewujudkan pengelolaan dana Tunjangan Hari tua (THT) dan Akumulasi Iuran Pensiunan (AIP). Dengan begitu, PT Asabri tidak lagi kebobolan, melainkan juga mampu menyerang dengan cara mensinergikan cluster asuransi sosial dan dana pensiun dan pemulihan aset non produktif. 

Harapannya ke depan, Asabri kembali menjadi perusahaan BUMN asuransi yang menjalankan peran Jaminan sosial yang sehat bagi prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS di lingkungan Kementerian Pertahanan