Jokowi Masih Terlalu Berat, Biarlah Anies Saja yang Maju

Menjadi pemimpin itu berat, maka amat disarankan bila para pemimpin yang telah melewati latihanlah yang sejatinya layak diamanahi kepemimpinan. 

Jokowi Masih Terlalu Berat, Biarlah Anies Saja yang Maju
lustrasi foto

MONDAYREVIEW.COM - Ada yang menarik dari pengakuan Anies Baswedan kemarin tentang perbedaan menjadi pemimpin di kementrian dan pemerintahan daerah. Anies yang pernah menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan dan kemudiaan direshuffle oleh Presiden Joko Widodo, mengatakan, pemimpin di kementrian adalah pembuat kebijakan publik (policy maker). Sementara pemimpin daerah bukan hanya pembuat kebijakan, melainkan juga mewujudkan kebijakan (policy implementation).

“Saya merasa tugas di kementrian dan tugas di kegubernuran beda sekali. Di Kementrian, we are policy maker. Di sini, ya, policy maker, ya policy implementation, semuanya,” kata Anies di Gedung Teknis, Jalan Abdul Muis, Kamis (1/1/2018).

Lewat pengakuannya tersebut, Anies seolah ingin mengirim sinyal bahwa apa yang dihadapinya saat ini merupakan persiapan menuju tangga kepemimpinan selanjutnya. Bila sebelumnya ia hanya berperan sebagai policy maker, maka saat ini selain menjadi policy maker juga menjadi policy implementation.

“Pendidikan latihan kepemimpinan itu penting sekali, tidak bolah disepelekan. Jadi, yang ikut harus serius. Jangan anggap diklat itu semata-mata prosedur yang harus dilewati. Jadikan ini proses pembelajaran yang harus diambil hikmahnya,” ujar Anies.

Poin pentingnya adalah terkait pentingnya pendidikan latihan kepemimpinan. Pun demikian dalam konteks kebangsaan saat ini, minimnya pemimpin alternatif adalah karena minimnya juga pendidikan kepemimpinan.

Hal lain yang juga dapat kita tangkap dari apa yang dikatakan Anies adalah bahwa, menjadi pemimpin itu berat, maka amat disarankan bila kepada para pemimpin yang telah melewati latihanlah yang sejatinya layak diamanahi kepemimpinan. 

Sedikit flashback ke Pilkada DKI 2017, bahwasanya kemenangan Anies dalam Pilkada Jakarta 2017 telah membuktikan banyak hal, termasuk soal latihan kepemimpinan yang dimaksud Anies. Kemenangan dalam Pilkada kemarin adalah modal besar Anies untuk melewati fase-fase kepemimpinan selanjutnya.

Kedua, kemenangan Anies dalam pilkada Jakarta sesungguhnya merupakan kekalahan pertama Jokowi setelah tahun 2014 silam, mengalahkan Prabowo Subianto. Karena itu skor Jokowi-Prabowo saat ini adalah menjadi 1-1. Bila politik saat ini diibaratkan permainan catur maka, langkah selanjutnya menjadi tergantung pada Prabowo, melanjutkan rivalitas secara langsung atau memberikan kesempatan kepada Anies untuk meneruskan permainan.

Ketiga, Pilkada DKI 2017 juga menjadi bukti akan kepiawaian Prabowo sebagai 'King Maker'. Prabowo telah dua kali berturut-turut menjadi faktor penentu kemenangan dalam pilkada Jakarta. Baik Jokowi maupun Anies sesungguhnya lahir lahir berkat tangan dingin Prabowo Subianto. Ini artinya, Prabowo memang lebih piawai menjadi orang di belakang layar, bukan di depan layar.

Ini artinya akan lebih menarik bila permainan selanjutnya diserahkan kepada Anies, apalagi saat ini Anies Baswedan tengah menggenggam bidak kuda. Langkahnya dalam permainan akan sulit diduga. Bila tak diantisipasi dengan cermat, Anies bisa menyulitkan, atau malah dapat mengobrak-abrik pertahanan, hingga membuat sang raja tumbang.

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA bahkan telah merilis hasil survei terbaru yang bertajuk 'Wajah Lama dan Muka Baru Capres/Cawapres di Tahun Politik'. Dalam pemaparannya LSI Denny JA menyebut Anies sebagai calon lawan Jokowi terkuat selain Prabowo. "Popularitas Anies Baswedan sebesar 76,7 %. Dan Popularitas AHY sebesar 71,2 %," kata Peneliti LSI, Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Graha Dua Rajawali, Jl Pemuda No 70, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (2/2/2018).

LSI Denny JA juga menyebut bila menjelang Pilpres 2019, elektabilitas Presiden Jokowi sebagai petahana masih tertinggi dibanding capres lainnya. "Jokowi kuat, namun belum aman," kata Adjie.

Dari hasil survei dan segala faktor yang dimiliki baik Prabowo maupun Anies Baswedan, maka meminjam bahasanya anak-anak muda sekarang, layaklah kita katakan bila Jokowi tetaplah lawan berat, karena itu wahai Pak Prabowo serahkan tugas ini kepada Anies atau penantang lainnya yang memiliki senjata lebih mematikan. 

 

[Mrf]