Dubes RI Untuk Korsel Ucap Selamat Atas Pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia

Dubes RI Untuk Korsel Ucap Selamat Atas Pendirian Universiti Muhammadiyah Malaysia
Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi (KBRI Korsel-MMG)

MONITORDAY.COM - Duta Besar Republik Indonesia Untuk Korea Selatan, Umar Hadi mengucapkan selamat atas perjuangan keluarga besar Muhammadiyah mewujudkan mimpinya membangun Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM).

"Syukur alhamdulillah, akhirnya terwujud juga hasil perjuangan yang cukup lama oleh teman-teman Muhammadiyah," ucap umar kepada monitorday.com, Jum'at (13/8/2021).

Dubes Umar meyakini jika Ketua Umum PP muhammadiyah memiliki alasan memilih Malaysia untuk didirikannya UMAM.

" Kalau saya baca pernyataan beliau, sudah sangat jelas, Prof Haedar memandang Indonesia dan Malaysia adalah bangsa serumpun yang juga bagian dari ASEAN dan terus bergerak menjadi kekuatan regional," terang Dubes Umar. 

Soal membangun institusi pendidikan di luar negeri, ujar Dubes Umar, Muhammadiyah sudah memulai membangun sekolah di Melbourne, Victoria yakni Muhammadiyah Australia Islamic School (MAIS) yang memiliki visi menggabungkan Pendidikan Muhammadiyah yang menekankan pada pembentukan akhlaq dan aqidah.

Gabungan dua karakter penting ini kemudian dipadukan   dengan sistem pendidikan di Victoria yang menekankan pemikiran tingkat tinggi, kemampuan teknologi, komunikasi, dan kolaborasi.

Muhammadiyah dan Soft Diplomacy  

Lebih lanjut, Dubes Umar melihat pendirian UMAM juga menjadi jembatan diplomasi Indonesia, khususnya Muhammadiyah menggunakan pendidikan untuk meraih kepentingan nasional yang tujuannya untuk memperkuat kredibilitas RI diluar negeri dalam peningkatan sumber daya manusia.

Konteks diplomasi, Muhammadiyah sudah berhasil berdiplomasi dengan apik, ditentukan oleh dimensi kekuatan atau pengaruh yang dimilikinya, yakni organisasi Islam terbesar di Asia Pasifik yang lebih menonjolkan soft power dibandingkan hard power

Lantas apa itu hard power? Dubes Umar kembali menjelaskan, hard power adalah kekuatan/pengaruh yang bersifat tangible seperti militer, geografi, dan ekonomi. Sedangkan soft power yang dipopulerkan Joseph Nye (2004, 256) bersumber pada “cultural attraction, ideology, and international institutions”.

Tentunya, diasumsikan sebagai “the ability of a state to get other countries to want what it wants” dan “ability to get what you want through attraction rather than coercion or payments.” Cara diplomasi ini tidak memerlukan stick (paksaan) atau carrots (iming-iming) untuk menggerakkan seseorang menuruti suatu arahan.

" Dari penjelasan singkat diatas, dapat kita simpulkan Muhammadiyah menjadikan pendidikan sebagai soft diplomacy yang sifatnya merangkul dan mengusung semangat berkemajuan," ungkap Dubes Umar. 

Akhirnya, dengan pendirian UMAM ini tentu menjadi semangat fastabiqul khairat agar Muhammadiyah  terus memainkan peran global bersama bangsa-bangsa di seluruh dunia untuk terciptanya perdamaian, persatuan, dan kemajuan hidup peradaban bersama.