Ditunggu Langkah Nyata PBB Hentikan Kekerasan dan Pembunuhan di Rohingya

Situasi ini terus memburuk dan jauh dari perbaikan karena pihak otoritas setempat tidak bersungguh-sungguh mencegah.

Ditunggu Langkah Nyata PBB Hentikan Kekerasan dan Pembunuhan di Rohingya
Istimewa

MONDAYREVIEW.COM – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) harus segera melakukan langkah aktif menghentikan kekerasan dan pembunuhan terhadap etnis Rohingya. Langkah yang yang harus dilakukan dengan mendesak Pemerintah Myanmar untuk secara sungguh-sungguh menghentikan  tindakan yang tidak manusiawi tersebut.

Hal ini sampaikan oleh Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Rofi' Munawar dalam keterangan pers, Selasa (29/8).

Rofi mengungkapkan berdasarkan keterangan dari pelbagai lembaga internasional, kekerasaan dan pembunuhan terhadap etnis Rohingya dimotori oleh pihak tentara. Maka itu, harus ada peran aktif pemerintah setempat untuk mengakhiri ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka situasi ini akan terus memburuk. Dan keberadaan etnis Rohingnya akan terus terancam.

“Situasi ini terus memburuk dan jauh dari perbaikan karena pihak otoritas setempat tidak bersungguh-sungguh mencegah kekerasan kemanusiaan." tegasnya.

Selain PBB, Rofi menambahkan  negara-negara yang terkumpul dalam ASEAN harus menagmbil peran aktif untuk menghentikan krisis ini. Jika tidak beberti telah membiarkan kelompok-kelompok tertentu melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.  

"ASEAN, khususnya Indonesia harus mengambil peran aktif untuk menghentikan krisis ini, karena sejatinya telah melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan. Jika tidak dilakukan segera maka dikhawatirkan akan jatuh korban yang lebih banyak lagi" ujarnya.

Krisis Rohingya terus terjadi selama setahun terakhir. Mayoritas etnis Rohingya, yang jumlahnya ditaksir antara 1,3 hingga 1,5 juta jiwa, tinggal di negara bagian Rakhine di dekat perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh.

Sebulan terakhir, konflik kembali memanas di negara bagian Rakhine. Berbagai bentuk kekerasan terus menyasar etnis Rohingya di beberapa desa yang tersebar di Maungdaw, Buthidaung, dan Rathedaung. Kekerasan paling parah dialami oleh sejumlah warga Rohingya yang bermukim di Kota Rathedaung, sekitar 77 km dari Maungdaw. Tercatat 77 orang meninggal dari etnis Rohingya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan seharusnya kekerasaan dan pembunuhan terhadap etnis Rohingya tidak terjadi terjadi di sebuah negara yang menghormati hak asasi manusia. Terlebih lagi di negera tersebut ada tokoh yang menerima nobel perdamaiaan dari PBB, dan saat ini sedang berada di dalam pusaran kekuasaan.

“Krisis ini kontradiktif karena Terlebih lagi di sana ada tokoh Hak Azasi Manusia (HAM) yang pernah mendapatkan nobel perdamaian PBB Aung San Suu Kyi. Dan sekarang dia sedang ikut berkuasa,” ujarnya.

Lebih lanjut ia juga mendesak Pemerintah Myanmar untuk membuka akses terhadap berbagai bantuan yang diperlukan untuk etnis Rohingya. Terlebih dalam krisis ini, banyak wanita dan anak-anak menjadi korban. Kementerian luar negeri Bangladesh mengatakan korban itu terpaksa menginap semalaman di wilayah rawa-rawa.