Ditangan Jokowi-Makruf, Keuangan Syariah RI Naik Peringkat 2 Dunia

Ditangan Jokowi-Makruf, Keuangan Syariah RI Naik Peringkat 2 Dunia
Head of Islamic Finance Refinitiv Mustafa Adil / Istimewa

MONITORDAY.COM - Industri keuangan syariah Indonesia mengalami kenaikan di peringkat 2 dunia versi Islamic Finance Development Indicator (IFDI), terpaut 1 angka di bawah jiran Malaysia. Peningkatan tersebut didorong oleh dukungan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang serius dalam mengembangkan industri keuangan syariah.

Hal ini dikatakan oleh Head of Islamic Finance Refinitiv Mustafa Adil yang menilai keberpihakan pemerintah adalah langkah jitu untuk menggenjot ekonomi syariah di Indonesia. 

"Kita bisa lihat pemerintah sangat gencar sosialisasi dan edukasi terkait industri maupun produk keuangan syariah," kata Mustafa pada press briefing virtual , Selasa (15/12/2020).

Menurut Mustafa, indikator lainnya yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan adalah edukasi dan kesadaran masyarakat akan industri keuangan syariah.

"Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat baik dalam hal edukasi dan kesadaran masyarakat. Pemerintah RI juga bekerja baik dan ini diikuti oleh tren serupa di pasar syariah lainnya," ungkap Mustafa.

Kendati demikian, Mustafa menyebutkan bahwa masih ada beberapa hal yang harus dibenahi pemerintah jika ingin menjadi kekuatan keuangan syariah terbesar. Salah satunya, memperbaiki sektor perbankan syariah.

Saat ini, perbankan syariah Indonesia menduduki posisi ketiga dunia. Menurut Mustafa, pemerintah Indonesia dapat melakukan perbaikan yang signifikan dalam sektor terkait.

"Saat ini Indonesia menduduki posisi ketiga dalam hal aset perbankan syariah secara global dan terdapat perbaikan signifikan yang bisa dilakukan," ujarnya.

Namun upaya itu kini tengah berjalan, salah satu contohnya adalah merger tiga bank syariah BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia pada tahun ini.

Ketiganya adalah PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah. Nantinya, bank hasil merger itu memiliki aset mencapai Rp214,6 triliun, dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun.