Dilema Mitigasi Belanda, Antara Herd Immunity dan Tingginya Mortalitas Akibat Corona
Belanda satu dari sedikit negara yang merangkul gagasan kekebalan kelompok atau herd immunity. Tapi karena gagal, Belanda pun mulai mengambil langkah ketat lainnya.

MONITORDAY.COM – Pandemi korona yang menyerang hampir 206 negara di dunia tak kunjung menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Total kasus positif virus corona hingga Kamis (9/4/2020) malam, tercatat mencapai 1,533,542 kasus. Dari total kasus positif virus corona, jumlah pasien yang meninggal tercatat mencapai 89,747, kasus. Sementara yang sembuh mencapai 337,482 kasus.
Dilihat dari total kasus positif corona, Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara di Eropa mencatatkan kenaikan paling tinggi, salah satunya adalah Belanda.
Belanda satu dari sedikit negara yang merangkul gagasan kekebalan kelompok atau herd immunity. Tak seperti negara-negara lain di dunia yang memilih melakukan karantina wilayah atau bahkan lockdown. Belanda seperti diungkapkan Perdana Menteri Mark Rutte memilih menerapkan ‘intelligent lockdown’.
Seperti diberitakan oleh BBC News, Pemerintah Belanda ingin melindungi aspek sosial, ekonomi, dan psikologis warganya dari dampak karantina wilayah. Itu mereka lakukan agar upaya kembali ke kondisi normal menjadi lebih mudah.
Dengan strategi ini, maka tak heran jika di Belanda toko bunga, material, roti, bahkan mainan masih tetap buka seperti biasa. Kecuali sekolah, tempat penitipan anak, dan universitas untuk sementara ditutup hingga 28 April mendatang.
“Kami tidak ingin bereaksi berlebihan, mengunci semua orang di rumah mereka. Dan lebih mudah untuk menjaga jarak antargenerasi disini karena nenek dan kakek tinggal di rumah yang sama dengan anak-anak mereka,” kata Dr Louise Dr Louise van Schaik dari Institut Hubungan Internasional Clingendael.
Dengan karantina cerdas, pemerintah disana memang mengimbau warganya untuk menjaga jarak dan tetap tinggal di rumah kecuali untuk keperluan yang mendesak. Tapi mereka masih diizinkan keluar bila tak bisa bekerja dari rumah.
Warga Belanda tentu masih diperbolehkan keluar rumah untuk menghirup udara segar. Syaratnya, mereka mesti menjaga jarak satu sama lain, minimal 1,5 meter.
Atas kebijakan yang diterapkan Belanda ini, sejumlah peneliti mengungkapkan kekebalan kelompok dapat menewaskan 250 jiwa. Ahli epidemologi penyakit menular dari Universitas Edinburgh, Mark Woolhouse mengatakan, herd community bisa diciptakan secara alami tanpa vaksinasi. Caranya, dengan membiarkan banyak orang terinfeksi hingga antibodi mereka tumbuh dengan sendirinya. Hanya saja, kata Woolhouse, Covid-19 punya tingkat infeksi tinggi sementara virus ini juga baru diteliti.
Kamis, 19 Maret 2020, Perdana Menteri Mark Rutte waktu itu masih terlihat penuh keyakinan jika pihaknya dapat tidak melakukan pembatasan wilayah, namun memilih untuk menggunakan strategi kekebalan kawanan atau herd immunity untuk mengontrol virus. Strategi itu bahkan disetujui mayoritas anggota parlemen.
Tapi, belakangan eksperimen itu tak cukup berhasil karena Pemerintah Belanda membiarkan anak muda keluar rumah. Akibatnya kian banyak yang terinfeksi, sementara sistem layanan kesehatan di sana tak bisa menanganinya dengan maksimal.
Hingga hari ini, otoritas Belanda melaporkan kasus infeksi virus corona di negaranya bertambah 1,213 kasus, sehingga total kasus infeksi virus covid-19 di negeri ini mencapai 21,762 kasus.
Insitut Kesehatan Belanda melaporkan jumlah kematian Covid-19 bertambah 148 kasus, sehingga total kasus kematian di Belanda mencapai 2,396.
Berdasarkan data dari worldometer, sebanyak 250 pasien Covid-19 di Belanda sudah dinyatakan sembuh. Alhasil, PM Rutte pun mulai sedikit panik dan meminta warganya menjaga jarak aman. Meski memiliki sistem pelayanan kesehatan yang bagus, namun dengan tingginya tingkat kematian Belanda pun akhirnya kedodoran juga.
Pemerintah Belanda juga sebetulnya juga senada dengan WHO, bahwa tes virus corona adalah strategi kunci memerangi corona. Sejauh ini, Pemerintah Belanda telah melakukan tes lebih dari 23.000 tes. Kapasitas pengujian di Belanda adalah 9000 tes sehari yang tersebar di 34 laboratorium yang berbeda. Namun masalahnya, Pemerintah Belanda hanya menerapkan tes kepada orang-orang yang memiliki gejala serius saja.