Semakin Anggun dengan Belajar Berpantun
Pantun merupakan karya sastra khas budaya Indonesia yang menjadi warisan bagi setiap penerus bangsa. Dengan berpantun, tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga dapat meningkatkan kecerdasan dan kreativitas si pembuat pantun.

MONITORDAY.COM - "Indahnya senja menyibak awan, puisi ditulis merangkaikan narasi, dalam bekerja diiringi senyuman, selalu optimis mengukir prestasi," kutipan pantun dari seorang penulis buku sekaligus sastrawan nan terpuji, Achmad Fachrodji. Siapa yang tidak mengenal istilah berpantun? Budaya bangsa yang membangkitkan asa untuk saya, anda, dan kita.
Pantun berasal dari kata 'panuntun' atau dalam bahasa Minangkabau yang memiliki arti 'penuntun'. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bertutur di berbagai bahasa Nusantara. Pantun melambangkan keindahan bahasa dan budaya masyarakat yang telah ada sejak dulu.
Pantun banyak digunakan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Seperti dalam membuka suatu forum diskusi, sambutan, atau presentasi untuk menarik perhatian hadirinnya. Pantun juga sering dilantunkan dalam prosesi pernikahan, seperti pada adat betawi dan melayu. Tanpa pantun, kesan dan nilai yang ingin disampaikan terasa kurang lengkap.
Kaidah dalam Berpantun
Struktur sebuah pantun terdiri dari sampiran (baris pertama dan kedua) serta isi pantun (baris ketiga dan keempat). Keindahan struktur pantun disebut 'rima/irama', yang mencerminkan kecerdasan dan kreativitas pembuat pantunnya.
Pantun dengan bentuknya yang sederhana dan dikenal luas, memiliki kaidah penulisannya dengan memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Umumnya bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
2. Dalam satu baris umumnya terdiri dari 4 (empat) kata atau maksimal 6 kata.
3. Dalam satu baris terdiri dari 8-12 suku kata.
4. Antara sampiran dengan isi tidak terkait langsung.
Sampiran Pantun
Setiap orang yang hendak berpantun, pasti memiliki kebiasaan yang berbeda-beda dalam memilih diksi atau menyusun kosakata. Kebebasan dalam penyusunan kosakata tetapi terikat dengan beberapa kaidah/aturan inilah yang membuat pantun mendapatkan tempat tersendiri di dunia sastra.
Seorang pelantun pantun dengan latar belakang seorang Guru memiliki karakter kosakatanya yg baku, wibawa, dan tegas, yang mencirikan kependidikannya, sementara seorang berlatarbelakangkan Kehutanan, banyak diwarnai oleh keindahan alam dan panoramanya.
Contoh pantun ini yang tidak hanya memadukan bunyi di akhiran baris tetapi juga di bagian tengah kalimatnya sehingga menciptakan irama yang indah serta pantun-pantun lainnya yang bisa memperluas cakrawala kita:
Pandang mata nan bersinar
Terlihat angan yang dicari
Mari kita semakin sadar
Jaga lingkungan tetap lestari
Ada landak ada kerang
Tari saman tari melayu
Kalau tidak mulai sekarang
Masa depan siapa yang tahu
Jalan raya penuh sampah
Jalur padat orang berkendara
Dukung pemerintah hadapi wabah
Cegah penularan di rumah aja