Dekan FEB UMP Bahas Ekonomi Outlook 2022, Sektor Digital Masih Bercuan

Dekan FEB UMP Bahas Ekonomi Outlook 2022, Sektor Digital Masih Bercuan
Dekan FEB Universitas Muhammadiyah Purwukerto (UMP), Dr. Naelati Tubastuvi, MSi (Dok: Layar tangkap zoom Kopi Pahit MMG)

MONITORDAY.COM - Dekan FEB Universitas Muhammadiyah Purwukerto (UMP), Dr. Naelati Tubastuvi, MSi mengungkapkan, ekonomi Indonesia di 2022 masih akan menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi, terutama yang terkait dampak sosial ekonomi akibat pandemi covid-19.

" ekonomi outlook 2022 ini masih berkitan dengan imbas pandemi terhadap sosial ekonomi," ucap Naelati di Diskusi Kopi Pahit Monday Media Group dengan tajuk "Potensi Investasi 2022", Sabtu (11/12/2021).

Naelati pun mengungkapkan global supply chain terhambat, pertumbuhan ekonomi terkontraksi,
pergeseran tingkat konsumsi (kebutuhan  pokok dan Kesehatan mendominasi). Belum lagi, sektor pariwisata lumpuh, sektor teknologi & Kesehatan booming kinerja sektor riil menurun.

Selain itu, terjadi Lockdown/pembatasan mobilitas masyarakat, social distancing, Work from home,  remote learning, tingkat pengangguran meningkat dan perubahan gaya hidup.

Lalu, volatilitas pasar keuangan meningkat, turunnya indeks saham global  di awal pandemi, penurunan kinerja sektor  keuangan dan Non performing loan (NPL) cenderung naik.

Di tengah turbulensi ekonomi akibat pandemi, Naelati mengimbau kepada pemerintah untuk tetap menjaga fleksibilitas APBN dan melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). 
Pelaksanaan Program PEN ini untuk mengantisipasi perluasan dampak Covid-19 di tahun 2022. Kabarnya, Pemerintah telah menyediakan alokasi anggaran sebesar Rp321,2 triliun di tahun 2022. 

Alokasi program PEN di tahun 2022 akan diarahkan untuk mendorong perekonomian melalui 4 Klaster Program, diantaranya Kesehatan Rp77,05 triliun, Perlindungan Masyarakat Rp126,54 triliun, Program Prioritas Rp90,04 triliun, dan Dukungan UMKM dan Korporasi Rp27,48 triliun.

Pentingnya pemulihan kesehatan masyarakat juga akan tetap menjadi prioritas utama. 

Disaat yang sama, upaya penguatan program perlindungan sosial yang berfokus pada masyarakat miskin dan rentan juga akan dilakukan untuk membantu menjaga pemenuhan kebutuhan dasar.

Upaya penguatan ini juga akan diringi dengan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkala sehingga dapat meningkatkan efektivitas program.

Selanjutnya, meski pandemi memunculkan berbagai tantangan, pandemi juga telah mengakselerasi digitalisasi dan inovasi. 

Selama pandemi, perilaku masyarakat dipaksa untuk berubah dengan lebih mengadopsi teknologi digital. Hal ini akan terus berlanjut bahkan setelah pandemi. 

Tingginya pemanfaatan teknologi digital ini menjadikan ekonomi digital sebagai peluang baru bagi ekonomi Indonesia.

Digitalisasi menjadi salah satu “kendaraan”  yang mempercepat transformasi menuju ekonomi baru dan menghasilkan nilai tambah lebih tinggi.  Melalui digitalisasi, Pemerintah bekerja sama dengan swasta diharapkan mampu membantu seluruh pihak (utamanya usaha mikro kecil) untuk on boarding dan melakukan servisifikasi.

Untuk itu, Naelati mengapresiasi langkah Pemerintah yang berkomitmen memfasilitasi akselerasi digitalisasi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas talent digital melalui upskiling dan reskilling, pembangunan dan pemerataan infrastruktur digital, pembangunan database digital termasuk memastikan data safety dan security, dan peningkatan literasi digital masyarakat (konsumen digital).

Industri berbasis teknologi dan digitalisasi diperkirakan akan menjadi engine of growth baru yang membutuhkan SDM yang bertalenta dan technopreneur yang berdaya saing. 

Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan SDM harus beriringan dengan pengembangan ekonomi digital yang mengedepankan inovasi.