2 Negara Tetangga di ASEAN Terjungkal Akibat Resesi, Sinyal Buruk Buat Indonesia
Pemerintah Indonesia harus menyiapkan langkah strategis hadapi kemungkinan terburuk dari resesi ekonomi.

MONITORDAY.COM - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada awak media, kamis (6/8/2020) menghimbau kepada pemerintah Indonesia menyiapkan langkah strategis hadapi kemungkinan terburuk dari resesi ekonomi, mengingat negara-negara tetangga Indonesia satu per satu terjungkal karena anjloknya ekonomi mereka.
Setelah Singapura mengumumkan resesi pada 14 Juli 2020 lalu, kini giliran Filipina yang jatuh ke jurang yang sama setelah pertumbuhan ekonominya mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut.
Badan Pusat Statistik Filipina atau Philippine Statistics Authority (PSA) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 minus 16,5% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 (year on year/yoy). Lalu, pada kuartal sebelumnya negara ini mencatat kontraksi ekonomi minus 0,7%.
Ada harapan bernafas untuk Indonesia, kata Bhima Yudhistira, karena komposisi kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia dua kali lipat dari Filipina, sehingga daya beli masyarakat harus dijaga untuk hindari kemungkinan resesi.
Meski begitu, ekonom Institut Kajian Strategis (IKS) Universitas Kebangsaan Eric Sugandi menilai tetap saja ancaman resesi itu ada karena faktor internal Indonesia sendiri.
"Iya, mesti waspada resesi karena kondisi ekonomi domestik Indonesia yang makin melemah berkait COVID-19. Sebelum wabah COVID-19, demand side ekonomi Indonesia sudah melemah karena berakhirnya commodity price boom di tahun 2012 dan beberapa kali kenaikan administered prices di dalam negeri. COVID-19 memperparah," ujar Eric.
Adapun cara menghindarinya ialah mendongkrak daya beli masyarakat melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN), dan mengurangi beban biaya hidup masyarakat.
"Percepat pencairan dana program bantuan langsung tunai (BLT), bantuan sosial (bansos), dan lain-lain untuk perbaiki daya beli masyarakat. Juga jangan naikkan administered prices seperti tarif dasar listrik, BBM bersubsidi, cukai, dan tarif angkutan. Lalu sektor-sektor ekonomi juga dibuka bertahap tapi tetap dengan perhatikan kondisi wabah di daerah," pungkas eric.