Defisit Kebutuhan Oksigen, Pemprov Jabar Kolaborasi dengan BUMN

MONITORDAY.COM - Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil menyebutkan di wilayahnya mengalami defisit oksigen 76 ton. Maka untuk memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit, Pemprov Jabar berkolaborasi dengan Kementerian BUMN dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sehubungan dengan hal itu, Pemda Provinsi Jabar juga mendapatkan dukungan dari PT Krakatau Steel dan Pertamina.
"Defisit Jawa Barat itu adalah 76 ton. Jadi kami harus mencari suplai sebanyak itu. Jadi kalau satu tangki 10 ton, berarti kita butuh kira-kira minimal 8 tangki lagi. Skala ini untuk menyuplai gap dari suplai pasar normal ke kebutuhan rumah sakit dan masyarakat," kata Ridwan Kamil dalam keterangannya sebagaimana dikutip redaksi, Rabu (7/7/2021).
"Kami mendapat mitra dari tiga BUMN. Satu PT Pusri, kedua dengan Krakatau Steel di Cilegon, dan ketiga Pertamina di Indramayu. Satu dari tiga BUMN ini hadir di sore hari ini yaitu dari PT Pusri yang jauh-jauh dari Palembang. Saya ucapkan terima kasih," imbuhnya.
Adapun Pemprov Jabar menerima satu tangki oksigen dengan kapasitas 10 ton dari PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Selain Pusri, Pemprov Jabar juga sebelumnya telah menerima oksigen dari PT Krakatau Steel. Rencananya, oksigen yang telah diterima akan didistribusikan ke dua rumah sakit yakni RS Immanuel dan RS Al Islam Bandung. Nantinya, setiap rumah sakit mendapat pasokan 5 ton oksigen.
"Satu kapasitas dari truk tangki ini sekitar 10 ton. Rumah sakit-rumah sakit seperti Immanuel ini memiliki penyimpanan kurang lebih 5-6 ton. Satu tangki ini akan kita bagi dua, satu Immanuel, satu ke Rumah Sakit Al Islam di Jalan Soekarno-Hatta," ujarnya.
Menurut Ridwan Kamil, lima sampai enam ton dapat mengisi 1.500 tabung oksigen. Saat kondisi darurat, jumlah tersebut mencukupi kebutuhan oksigen sampai tiga hari ke depan. Maka dari itu, ia berharap PT Pusri dapat mengirim oksigen setiap hari untuk memenuhi kebutuhan oksigen di Jabar.
"5-6 ton ini bisa untuk 1.500 tabung yang dalam keadaan darurat karena banyaknya pasien yang membutuhkan kurang lebih tiga hari akan abis. Oleh karena itu kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk bisa mengirim secara rutin harian atau per dua hari menyuplai di Jabar," ucapnya.
"Kita dahulukan di rumah sakit-rumah sakit yang membutuhkan sehingga tidak ada kejadian di Jawa Barat ada yang meninggal dunia dikarenakan oksigennya habis," tambah Ridwan Kamil.