Corona Baru dan APD Impor Made In Indonesia
Setelah Corona dan APD, Apakah Kesadaran Juga Harus Diimpor?

MONITORDAY.COM – ‘Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China’, petitih ini sepertinya makin popular dan menginspirasi banyak orang saat ini. Terutama sejak Komisi Kesehatan China mengumumkan bahwa tak ada lagi kasus baru Covid-19 yang ditularkan secara domestik. Langit Wuhan pun betul-betul mengharu biru, hampir seluruh warganya bersorak sorai, mengelu-elukan pahlawan baru mereka dari kalangan tenaga medis, lalu menyalakan petasan.
Secara perlahan, China bahkan berhasil memulihkan citranya dari negara yang dicap sebagai epicenter wabah virus corona, berganti menjadi pemberi harapan dan penolong bagi negara lain di dunia. Jutaan masker, coverall, alat uji, bahkan tim medis dan pinjaman lunak untuk penanggulangan virus corona pun dikirimkan dari Beijing. Italia dan Indonesia jadi negara yang ikut menerimannya.
Sayang, di tengah wabah corona yang kian pandemik, petitih itu bukannya menginspirasi malah membuat kita sedih dan ringkih. Terutama dengan adanya klaim dan temuan bahwa corona baru dan APD Impor dari China ternyata ‘made in Indonesia’.
Klaim munculnya Corona Baru asal Indonesia berawal dari laporan yang ditulis oleh Komisi Kesehatan Shaanxi di laman resminya. Dalam laporan tersebut disebutkan, jika seorang warga China ditemukan positif Covid-19 setelah bepergian ke Indonesia.
Menurut laporan tersebut, warga negara China yang dimaksud bernama Zhang dan berusia 35 tahun. Pekan lalu, Zhang mengaku berada di Indonesia, tapi karena mengeluhkan gejala tidak enak badan ia pun memutuskan untuk pulang. Zhang lalu terbang menggunakan Dragon Air KA896 dari Indonesia ke Shanghai melalui Hongkong pada 13 Maret dan singgah di Vienna International Hotel di Shanghai.
Tanggal 14 Maret, Zhang melanjutkan perjalanan menggunakan sebuah mobil ke Bandara International Pudong Shanghai pukul 2 siang waktu setempat, kemudian berangkat dengan penerbangan China Eastern MU2162 sekitar pukul 5 sore. Jam 7:45 malam, Zhang tiba di Bandara International Xi’an Xianyang di Shaanxi.
Keesokan harinya, Komisi Kesehatan Shaanxi mengumumkan bahwa Zhang adalah kasus impor pertama di provinsi tersebut. Bersama kasus-kasus baru lainnya, virus corona yang dibawa Zhang diklaim membuat China kini tengah bersiap-siap menghadapi serangan kedua Covid-19.
Belum sempat mereda, kesedihan kita malah makin bertambah. Bagaimana tidak, ribuan APD yang diimpor dari China untuk mengatasi kelangkaan di kalangan tenaga medis di Indonesia, ternyata berasal dari Indonesia sendiri (made in Indonesia).
Entah karena sadar atau tidak, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto yang bertugas mengambil peralatan medis tersebut ke Beijing mengaku telah menelpon beberapa pabrik di Indonesia untuk memproduksi APD secara massal. Hal itu diungkapkan Dahnil Anzar Simanjuntak, selaku Juru Bicara (Jubir) Prabowo, lewat akun twitter @Dahnilanzar pada Senin (23/3/2020).
Menurut Dahnil, selain mencari peralatan medis dari luar negeri, Prabowo meminta pabrik di tanah air untuk memproduksi massal APD.
Berbedada dengan Prabowo yang tak secara langsung mengakuinya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru secara terang-terangan menyebut coverall tersebut memang didatangkan dari China dan ternyata made in Indonesia. Hanya saja, ia tak mau mempersoalkannya, ia hanya mengajak ini harus jadi pembelajaran.
“Yang menarik, ini diambil dari China, ternyata ini made in Indonesia. Ini sesuatu produk yang luar biasa. Semoga ini jadi pembelajaran,” jelasnya, Selasa (24/03/2020).
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo, menjelaskan soal APD bantuan China yang bertuliskan ‘made in Indonesia’. Menurutnya, memang banyak pabrik pembuat alat pelindung diri yang ada di Indonesia, tapi mereka sekadar menjait dan merapihkan. Sedangkan untuk bahan baku berasal dari China atau Korea Selatan.
“Pabrik pembuatan alat pelindung diri ada di Indonesia, tapi semua bahan baku berasal dari negara yang memesan seperti China dan Korea,” tuturnya.
Agus pun meminta publik jangan heran, karena pada dasarnya alat pelindung diri tersebut memang milik China atau Korea.
Tirta Mandira Hudhi, seorang dokter muda lulusan UGM, dalam perbincangan hangat di Forum ILC pada Rabu (24/3) malam menungkapkan rasa herannya soal kelangkaan tersebut. Baginya, ada yang salah soal kebijakan produksi alat-alat kesehatan di Indonesia.
“Ketika tenaga medis sampai harus berdonasi untuk membeli APD dan alat medis lainnya, maka sebetulnya ada yang tidak beres dalam pengaturan produksi alat-alat medisnya ini,” ujar Tirta.
Namun menurut pemilik Shoes and Care ini, dirinya tak mau mencari-cari siapa yang salah dalam persoalan ini. Baginya, yang terpenting adalah menumbuhkan kesadaran untuk mengatasi pandemi virus corona.
“Siapa saja, bisa berkontribusi. Ini saatnya satu negara saling membantu. yang bisa membantu membeli alat medis ayo bantu lalu bagikan gratis. Para influencer yang suka pamer mobil mewah, jual saja satu mobilmu lalu bantu bangsa ini,” ujar Tirta.
Tirta lantas berpesan, sembari pemerintah mennyiapkan opsi, layaknya kita yang kaya membantu yang miskin.
“Corona itu laiknya menjadi moment bagi masyarakat Indonesia untuk saling membantu. Sampai saat ini, sudah ada 8 tenaga medis yang tumbang. Bila semua tenaga medis tumbang, lalu siapa nanti yang menolong,” pungkas Tirta.
Ya, pada akhirnya kita memang harus kembali memaknai petitih lama yang dulu sempat menginspirasi dan populer di kalangan kita, masyarakat Indonesia’. Dan kuncinya adalah menumbuhkan kesadaran memiliki dan kepedulian terhadap sesama oleh diri sendiri seperti kata Tirta Mandira Hudhi. Jangan sampai, untuk urusan kesadaran dan kepedulian ini pun harus kita impor jua. [ ]