Cerita Muhammad Takdir, Guru Penggerak asal Wajo yang Ingin Terus Belajar

MONITORDAY.COM - Sebanyak 2.395 guru dari berbagai daerah telah dipilih menjadi Guru Penggerak oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek). Mereka terpilih setelah mengikuti pendidikan Guru Penggerak angkatan I selama sembilan bulan.
Melalui program yang menjadi bagian dari paket kebijakan Merdeka Belajar ini, Kemendikbudristek berupaya menciptakan guru-guru penggerak yang dapat mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Terdapat cerita menarik selama pelaksanaan program Guru Penggerak. Seperti cerita Muhammad Takdir, salah satu peserta pendidikan Guru Penggerak asal Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Dia menceritakan bahwa para guru di daerahnya memiliki antusias yang cukup tinggi dalam mengikuti program ini. Menurutnya, hal ini karena mereka menyadari bahwa perkembangan zaman menuntut adanya inovasi dalam pembelajaran.
"Dulu waktu saya jadi murid dan ketika saya menjadi guru, kok sepertinya tidak ada yang berbeda, masih seperti itu proses pembelajaran. Padahal kita memahami murid yang ditemui yang dihadapi itu berbeda, karenanya kita juga butuh terus belajar," kata takdir, dalam sebuah diskusi virtual, dipantau Rabu (29/9/2021).
Menurut Takdir, program Guru Penggerak sangat berbeda dengan program-program sebelumnya, karena inisiatif datang dari para guru sendiri untuk mengembangkan pembelajaran bagi peserta didik.
"Mulai dari proses seleksi, proses pendidikan, itu sangat berbeda, jika biasanya guru ingin meningkatkan kompetensinya itu harus ditunjuk diutus oleh dinas pendidikan, ini muncul dari niat guru sendiri untuk mengembangkan dirinya," ungkap Guru SMA Negeri 6 Wajo ini.
Selain itu yang menarik, kata Takdir, program ini memiliki porsi lebih banyak untuk praktik ketimbang materi. Sehingga lebih dapat diaplikasikan ketika mengajar.
"Jadi 70 persen prosesnya adalah praktik langsung dengan peserta didik di kelas, sehingga perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran yang menjadi tantangan bagi guru-guru di wajo untuk melakukan perubahan," jelasnya.
Meski demikian, kata Takdir, terdapat beberapa tantangan dalam pelaksanaan program Guru Penggerak ini. Antara lain masih banyak guru yang saat ini terjebak dalam zona nyaman mereka.
"Ini yang paling sering kita temui, jadi mereka merasa bahwa tanpa mengembangkan diri pun tidak ada masalah bagi dirinya, tidak ada masalah gaji, tunjangan tetap jalan, pembelajaran tetap berjalan," ungkap Takdir.
"Paradigma ini yang berusaha saya ubah, bahwa kita guru penggerak itu berjuang bukan untuk dirinya tetapi untuk kebahagiaan murid-muridnya," lanjutnya.
Selain itu, Takdir mengungkapkan, saat ini masih banyak juga yang beranggapan bahwa ketika menjadi guru maka proses belajar berhenti. Padahal, kata dia, ketika kita berani mengajar maka harus berani belajar.
"Akan tetapi tantangan tantangan itu dapat kami lalui dengan memberi bukti nyata selama proses pendidikan guru penggerak 9 bulan ini," tutur Takdir.
"Banyak sekali praktik-praktik baik, banyak sekali kolaborasi yang tercipta antara guru penggerak di Kabupaten Wajo, sehingga menjadi contoh, dan juga menunjukkan bahwa program guru penggerak ini sangat berbeda dengan program-program sebelumnya," tandasnya.