Cegah Terjadinya Tsunami dengan Miliki Pengetahuan yang Cukup

MONITORDAY.COM - Di penghujung tahun 2018, Indonesia telah menghadapi tsunami besar yang menghantam kota Palu dan Kabupaten Anyer.
Gempa bumi tektonik merupakan pertanda akan terjadinya tsunami. Data BMKG mencatat aktivitas gempa menghantam Indonesia sebanyak 23 kali di tahun 2018.
"Tingginya aktivitas gempa bumi di Indonesia selama 2018 tersebut disebabkan karena adanya beberapa gempa kuat dan diikuti oleh rangkaian gempa susulan yang banyak," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono.
Dilansir dari Buku Panduan SafetySign Indonesia (8/1), Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi diri saat terjadinya gempa, diantaranya berlindung dibawah meja atau kursi yang kokoh. Jika anda sedang berada di lantai yang tinggi, hindari menggunakan lift dan elevator. Di tempat yang terbuka, hindari berdiam diri dekat pohon yang tinggi, gedung, serta tiang listrik.
Begitu juga dengan tsunami, masyarakat mampu selamat dengan memiliki pengetahuan yang berdampak tentang kesiapsiagaan bencana.
Tsunami di Indonesia rata-rata terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah terjadinya gempa bumi besar di bawah laut.
Masyarakat pesisir pantai diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai karakteristik tsunami, sehingga dapat mengantisipasi dan mengurangi dampak kerusakan yang mungkin ditimbulkan.
Jadi, ketika layanan peringatan gagal atau arahan dari pemerintah setempat belum ada selama keadaan darurat berlangsung, maka masyarakat tetap mampu bertindak dengan benar.
Saat terjadinya bencana alam, usahakan kita tetap dapat berpikir jernih dan tidak terbawa kepanikan yang ada.