BNI Optimistis Kredit Korporasi Terus Tumbuh Hingga Akhir 2020
Porsi kredit korporasi BNI sebesar 53 persen terhadap total kredit keseluruhan.

MONITORDAY.COM - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk optimistis penyaluran kredit korporasi terus tumbuh hingga akhir tahun 2020. Jadi, fokus kepada sektor usaha yang relatif tidak terkena dampak pandemi di antaranya yang berorientasi ekspor dan padat karya.
“Porsi kredit korporasi BNI sebesar 53 persen terhadap total kredit keseluruhan,” kata Direktur Corporate Banking BNI, Silvano Rumantir dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/12).
Lebih lanjut, Silvano juga meyakini BNI berpotensi tumbuh di tengah risiko tekanan dan kontraksi ekonomi dengan segmentasi kredit korporasi BNI yang diperkirakan akan tumbuh 4-5 persen merupakan kredit modal kerja dan investasi.
Untuk kredit sindikasi, kata Silvano, kontribusinya terhadap portofolio sampai Oktober 2020 mencapai 17 persen dari keseluruhan realisasi kredit korporasi.
“Di tengah pandemi BNI optimis hingga akhir tahun kontribusi sindikasi bisa sama dengan tahun lalu yaitu sebesar 20 persen," ungkap Silvano.
Adapun pada akhir 2020, pertumbuhan kredit keseluruhan diperkirakan berada pada kisaran 2-4 persen secara tahunan (yoy).
Selain itu, Silvano mengungkapkan tahun ini BNI juga telah menyalurkan kredit pada program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk korporasi sebesar Rp3,7 triliun atau 15 persen dari total kredit yang disalurkan. Lagipula tahun ini beberapa sektor korporasi masih relatif baik di tengah pandemi seperti komoditas pertambangan, sektor makanan dan minuman.
“Food and beverage dan konsumer, pertambangan, komoditas yang kami lihat demandnya cukup sehat,” ujarnya.
Kemudian, Silvano juga menyebutkan dengan adanya kolaborasi kebijakan pemerintah, OJK, dan Bank Indonesia harapan ekonomi tumbuh pada 2021 semakin besar.
Pada tahun 2021, BNI akan fokus pada sektor-sektor yang akan mengalami pemulihan di antaranya pertanian, informasi, komunikasi, jasa, kesehatan, kegiatan sosial dan jasa pendidikan sudah menunjukkan pemulihan di kuartal III-2020.
Setelah sektor perdagangan, transportasi, pergudangan, makanan dan minuman juga diperkirakan akan pulih lebih cepat seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan adanya vaksin.
“Dengan begitu, juga dengan sektor-sektor yang lain seperti pengolahan, manufaktur, kalau latar belakang tadi bisa terjadi, sektor yang tadi bisa bergerak bertumbuh sesuai dengan permintaan masyarakat,” imbuhnya
Bukan hanya itu, Silvano juga menegaskan Indonesia masih memiliki potensi besar dengan berbagai sektor unggulan yang tidak dimiliki negara lain. Namun juga tetap dibutuhkan kolaborasi untuk mengoptimalkan potensi ini.
“Perbaikan sektor korporasi akan berpengaruh ke segmen lainnya, bukan cuma sesama korporasi tetapi segmen consumer dan ritel,” ucapnya.
Menurut Silvano, kebijakan BI dan OJK sepanjang pandemi pun sangat membantu seperti perpanjangan restrukturisasi kredit.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara internal, papar Silvano, sebagian besar debitur mengaku butuh waktu untuk bisa memperbaiki kondisi bisnis akibat pandemi.
Sehingga upaya regulator untuk membantu perbankan dan pelaku bisnis, dampaknya bisa dirasakan.
“Sejalan dengan restrukturisasi dan sebagaimana strategi di tengah pandemi kami ambil langkah pre emptif pencadangan aset. Sehingga rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio BNI hingga kuartal III-2020 berada di level di atas 200 persen,” sambungnya.