Belum Setahun, Kinerja Menteri Nadiem Banyak Mendapat Sorotan
Pembelajaran yang dilaksanakan di masa pandemi dinilai tidak efektif, karena banyak guru belum mempunyai kompetensi untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh. Lebih dari 60 persen guru belum bisa menggunakan teknologi dengan baik saat BDR.

MONITORDAY.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam kinerjanya selama menjabat kurang dari setahun mendapat beberapa catatan. Salah satunya ketika melaksanakan program pembelajaran masa pandemi. Mantan CEO Gojek itu dinilai hanya membiarkan ketika terjadi banyak problem dalam pelaksanaan pembelajaran.
"Pada masa pandemi saat ini kami melihatnya Mas Nadiem terserah saja. Yang belajar boleh, yang tidak juga boleh. Jadi Merdeka Belajar ini diartikan sebagai terserah," kata Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim, dalam diskusi virtual bertajuk 'Arah Pendidikan kita: Mas Nadiem Mau Ke mana?', pada Selasa (7/6) malam.
Muhammad Ramli menilai, pembelajaran yang dilaksanakan masa pandemi ini juga tidak efektif, mengingat guru-guru yang mengajar belum mempunyai kompetensi untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh. Di mana, lebih dari 60 persen guru belum bisa menggunakan teknologi dengan baik saat pembelajaran dilaksanakan jarak jauh.
"Kemudian hanya 20 persen yang bisa namun itu pun memusingkan siswanya. Malah hanya sekitar 15 persen yang bisa melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa," lanjutnya.
Selain itu, Ramli juga menyoroti program Guru Penggerak yang diluncurkan oleh Mendikbud Nadiem beberapa waktu lalu. Menurutnya, hal itu tidak akan memberi dampak yang signifikan, mengingat target dicanangkan tidaklah sebanding dengan jumlah guru yang ada di Indonesia.
"Setelah dijumlah sampai selesai periode hanya 75 ribu guru yang akan mendapat program Guru Penggerak. Padahal ada jutaan guru di Indonesia. Sisanya sebanyak itu bagaimana?," tuturnya.
"Serta juga yang jadi masalah siapa guru yang akan digerakkan. Karena di daerah ada banyak guru yang masih bergaji kecil. Untuk kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup. Apakah itu yang akan digerakkan? Kemudian juga banyak guru yang usianya sudah menua dan sebentar lagi mau pensiun," tegas Ramli.
Sementara soal PPDB, Ramli menyoroti bahwa Mas Menteri seperti hanya membiarkan ketika ada polemik di masyarakat. Padahal kebijakan tersebut dikeluarkan dan juga dilaksanakan sepenuhnya oleh Kemendikbud.
Adanya beberapa catatan tersebut, Ramli menduga bahwa Nadiem tidak secara sepenuhnya menjalankan konsep-konsep yang telah dicanangkannya sendiri. Padahal ketika menjadi CEO Gojek, inovasi-inovasi yang dibuat bisa terealisasi dengan baik sehingga startup tersebut berkembang dengan pesat.
"Saya lihat belum ada implementasi konsep-konsep yang telah dibuat. Saya curiga ini bukan ide dari Mas Nadiem sendiri yang bergerak. Padahal sudah hampir satu tahun menjabat," tutur dia.
Sementara itu, pakar pendidikan Doni Koesoema menyoroti gagasan Mas Menteri terkait Merdeka Belajar. Ia menilai, konsep tersebut hanya dilaksanakan dari segi teknis-teknis saja, dan tidak menyentuh esensi dari kemerdekaan itu. Padahal sebagaimana Ki Hadjar Dewantara, manusia merdeka merupakan mereka yang tidak bergantung pada orang lain, berdiri sendiri, dan bersandar pada kekuatan sendiri.
"Dalam konteks pendidikan, seharusnya pendidikan harus bisa menjadikan manusia merdeka dalam arti tersebut," kata ahli filsafat pendidikan itu.
Selain itu, soal kebijakan pendidikan karekter juga patut dijadikan catatan. Karena selama ini hanya bermain di gagasan untuk mempengaruhi orang di media televisi, maupun media sosial saja. Padahal, menurut Doni, seharusnya yang terpenting adalah mengintegrasikan antara sub unit di satuan pendidikan agar penguatan karakter ini bisa diterapkan hingga ke tingkat bawah.
Meski begitu, Doni menilai Mas Menteri merupakan sosok yang kuat secara gagasan. Ia menilai, pendidikan nalar yang seringkali diungkapkan oleh Nadiem memang merupakan hal penting yang perlu diterapkan dalam pendidikan di Indonesia.
"Secara pemikiran mas Nadiem sangat kuat. Ia selalu berkata bahwa pendidikan akan memperbaiki nalar bangsa. Memang intelektual akan membuat manusia berpikir lebih baik dan memberikan keputusan yang baik terhadap masalah-masalah yang ada. Semoga itu bisa terlaksana," kata Doni.