Begini, Peringatan WHO Terkait Pandemi Covid-19 Belum Juga Usai

Wabah pandemic virus corona belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, malah sebagian negara makin parah kasusnya seperti  yang di alami oleh dua negara adi kuasa yakni, Amerika Serikat dan Rusia yang bersaing di papan atas.

Begini, Peringatan WHO Terkait Pandemi Covid-19 Belum Juga Usai
Sekretaris Jendral (Sekjen) WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (tengah).

MONITORDAY. COM - Wabah pandemic virus corona belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, malah sebagian negara makin parah kasusnya seperti  yang di alami oleh dua negara adi kuasa yakni, Amerika Serikat dan Rusia yang bersaing di papan atas.

Di pihak lain, China sebagai epicentrum bermulanya wabah virus corona tepatnya di kota Wuhan, telah dianggap berhasil memeranginya  tapi saat ini China tengah mengalami kasus Covid-19  gelombang kedua.

Oleh karena itu, wabah yang sudah pandemic global ini sulit diprediksi kapan virus yang penularannya dengan cepat yang di awali tanpa gejala dulu dan menyerang saluran pernafasan ini bisa di atasi bersama.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa Covid-19 kemungkinan tidak akan pernah hilang dan akan ada dalam waktu lama.

"Virus ini kemungkinan hanya menjadi endemi virus pada komunitas kita, dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang," kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss.

Dikala kebanyakan warga dunia mengharap agar virus ini segera menghilang, Ryan mengatakan bahwa dunia perlu mempersiapkan diri dalam pertempuran jangka panjang.

"Saya pikir menjadi penting agar kita realistis dan saya tidak berpikir siapa pun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang," tegasnya.

Kendati jika nanti vaksin ditemukan menurutnya, penerapan secara global akan membutuhkan "upaya besar-besaran", tambahnya.

Ia menjelaskan, tanpa vaksin, kemungkinan perlu bertahun-tahun bagi manusia untuk membangun tingkat kekebalan yang cukup terhadap virus.

Ryan memberi contoh seperti penyakit campak, yang tidak kunjung punah walau terdapat vaksin untuk mencegah manusia tertular dari penyakit tersebut.

Hingga  Kamis (14/05), kasus positif virus corona di dunia mencapai 4.429.969, dengan angka kematian sebanyak 298.180 orang.

Sekretaris  Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesu, menekankan bahwa masih mungkin untuk mengendalikan Covid-19 dengan upaya keras.

"Arahnya berada di tangan kita, dan ini adalah urusan semua orang. Kita semua harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," ucapnya.

Menurut ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove, mewanti-wanti: "Kita perlu memiliki pola pikir bahwa perlu waktu untuk keluar dari pandemi ini."

Peringatan mereka mengemuka ketika sejumlah negara mulai melonggarkan aturan karantina wilayah atau lockdown. Berbagai pemimpin juga mulai mempertimbangkan cara dan waktu yang tepat untuk membuka kembali perekonomian mereka.

Tedros kembali  memperingatkan tidak ada jaminan bahwa pelonggaran pembatasan sosial tidak akan memicu gelombang kedua penyebaran Covid-19.

"Banyak negara ingin keluar [dari pandemi] dengan beragam langkah. Namun rekomendasi kami masih berupa peringatan setiap negara harus berada pada tingkat [kewaspadaan] tertinggi."

Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, menambahkan: "Ada semacam pemikiran ajaib bahwa lockdown berfungsi sempurna dan membuka lockdown akan bagus. Keduanya penuh bahaya."

Seperti yang dilakukan oleh Indonesia, melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang diketuai oleh Doni Monardo, mewacanakan simulasi pelonggaran PSBB. Terkait hal ini, mendapat kritikan dari berbagai elemen masyarakat seperti dari pakar epidemiologi, yang menyatakan bahwa wacana tersebut terlalu dini tanpa di ikuti oleh indikator keberhasilan yang jelas.