Bamsoet: Indonesia bisa Jadi Pemain Utama Industri Farmasi

MONITORDAY.COM - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi pemain utama industri farmasi dan juga menjadi negara tujuan untuk berobat.
Hal tersebut dikatakan pria yang akrab disapa Bamsoet itu dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi di Jakarta, pada Selasa (8/6/2021).
"Indonesia seharusnya bisa menjadi pemain utama dalam wisata medis, menjadi tempat yang nyaman bagi warga dunia berobat," tegasnya.
Bamsoet mengungkapkan, saat ini warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri karena alat kesehatannya yang sangat lengkap, biayanya yang lebih murah dan pelayanannya lebih nyaman.
"Padahal dengan sumber daya manusia dan sumber daya rumah sakit yang dimiliki, Indonesia sebetulnya bisa menjadi tuan rumah bagi warganya dalam berobat," kata dia.
Di samping itu, Bamsoet juga menyoroti bahwa Indonesia saat ini masih ketergantungan Impor penyediaan alat kesehatan dari negara lain. Menurut dia, sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian serius kepada industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri.
"Langkah itu agar Indonesia bisa menjadi pemain utama dan tuan rumah di negara sendiri," tegasnya.
Politisi Partai Golkar itu menjelaskan, pada tahun 2021 pemerintah telah menyiapkan anggaran kesehatan hingga Rp300 triliun.
Merujuk data Kementerian Keuangan, anggaran dalam APBN 2019 untuk pengadaan alat-alat kesehatan di rumah sakit-rumah sakit pemerintah sekitar Rp9 triliun. Pada tahun 2020 meningkat menjadi Rp18 triliun karena pandemi Covid-19.
Bamsoet menilai jika angka tersebut digabungkan dengan anggaran APBD, BUMN, dan swasta total belanja alat-alat kesehatan di Indonesia rerata berkisar Rp50 triliun per-tahun.
Karena itu menurut dia sangat disayangkan jika anggaran pengadaan Alkes sebesar itu lebih banyak dinikmati oleh produsen Alkes luar negeri.
Sementara itu, data Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa kemampuan industri farmasi di Indonesia saat ini ditopang oleh 220 perusahaan, sebanyak 90 persen dari perusahaan farmasi tersebut fokus di sektor hilir dalam memproduksi obat-obatan.
"Tantangannya, pemerintah harus terus berupaya untuk menekan impor pengadaan bahan baku, khususnya di sektor hulu industri farmasi," katanya.
Bamsoet menilai, target pemerintah mengurangi impor farmasi dan alat kesehatan mencapai 35 persen pada akhir tahun 2022, harus dibarengi dengan kebijakan yang ramah terhadap industri farmasi dan alat kesehatan.