Apresiasi untuk Erick Thohir

Dengan tugas dan beban berat yang diembannya, Menteri Erick tetap mampu menunjukkan kinerja positif.

Apresiasi untuk Erick Thohir
Menteri BUMN, Erick Tohir/Net.

JIKA ada pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang super sibuk dan mendapat amanah paling besar, Erick Thohir adalah salah satunya. Pasalnya, selain diberi tugas besar sebagai Menteri BUMN dia juga dipercaya menjalankan tugas sebagai Ketua Pelaksana Pengendalian Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Betul kata para bijak bestari, bahwa kepercayaan diperoleh bukan dengan banyaknya perkataan, melainkan kesesuaian antara kata dan perbuatan.

Pun demikkan dengan kepercayaan yang diberikan kepada Erick Thohir (ET) memang tidak main-main. Presiden tahu betul kapabilitas dan kemampuannya dalam mengeksekusi pekerjaan.

Ketika menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), Erick Thohir telah berhasil membawa Presiden Jokowi terpilih kembali pada periode kedua. Begitu juga ketika menjadi Ketua Indonesia Asain Games Organizing Committee (Inasgoc) namanya harum mewangi.

Asian Games 2018 Jakarta-Palembang tak sekadar sukses dari sisi penyelenggaraan, dan prestasi semata, tapi juga dari sisi anggaran, lantaran ada efisiensi sebesar Rp 2,8 triliun dari perhelatan multievent terakbar empat tahunan se-Asia itu.

Beban tugas ET saat ini pun kian bertambah besar. Dalam situasi serbat sulit, jutaan penduduk Indonesia banyak berharap pada sosok Erick Thohir untuk menemukan formula Pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Erick Thohir diharapkan mampu memberikan solusi terbaik untuk jutaan warga warga Indonesia yang tengah galau menghadapi dua kutuh yang saling bertolak belakang; ekonomi atau kesehatan. 
Di banyak negara, penyelamatan ekonomi tak jarang mengorbankan aspek kesehatan, sebaliknya memprioritaskan aspek kesehatan, berdampak pada pelemahan ekonomi.

Mengingat trak record dan tantangan berat yang tengah dihadapi Erick Thohir, kita atau siapapun patut memberika apresiasi positif, bukan sebaliknya melontarkan narasi-narasi negative terhadap semua upaya dan langkah yang diambilnya.

Termasuk dalam menjalankan tugas utamanya, sebagai menteri BUMN. Erick Thohir patut diberi apreasisi positif. Jika menggunakan rumus psikologi positif martin Seligman, bahwa kebahagiaan, kesejahteraan, dan kesuksesan berasal dari penilaian diri.

Paling tidak sekadar untuk kesediaannya menanggung beban berat yang datang dari 142 perusahaan BUMN. Jumlah ini sempat dipangkas oleh ET menjadi 107 perusahaan. Itu ia lakukan sebagai tindak lanjut dari Kepres Nomor 40/M Tahun 2020 tentang Pembentukan Tim Percepatan Restrukturisasi BUMN yang bertujuan menyehatkan BUMN.

Tak berhenti hanya sampai situ, ET juga sempat mencanangkan AKHLAK sebagai core value BUMN. Upaya ini dimaksudkan untuk melakukan transformasi human capital dan meningkatkan daya saing BUMN agar menjadi pemain global dan menjadikan BUMN sebagai pabrik talenta bukan pabrik wacana dan bencana.

Dia pernah menyampaikan salah satu poin dalam AKHLAK yakni Loyal, menjaga citra, harkat, dan martabat diri sendiri, sesama rekan kerja, pimpinan, kementrian BUMN, bangsa dan negara.

Upaya lain dan dinilai revolusioner adalah holdingisasi. Upaya ini sangat bagus memperbaiki kinerja serta mempermudah pengawasan. Erick juga mengevaluasi anak dan cucu perusahaan yang tidak sesuai dengan core bisnis induknya. Ini bertujuan agar perusahaan-perusahaan BUMN fokus pada core bisnisnya.

Perlu diingat, bahwa BUMN didirikan oleh negara sehingga dalam pengelolaannya tidak sekedar hanya berorientasi profit karena dalam perspsektif konstitusi, BUMN harus tetap menjadi agen pembangunan untuk memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Achiran Pandu Djajanto adala Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, ketika ujian terbuka promosi doktor di Fakultas Hukum UGM, dia menceritakan, bahwa untuk memperkuat posisi aset BUMN yang berbentuk perseroan terbatas, holdingisasi merupakan langkah yang harus segera dilakukan pemerintah selaku pemegang saham. 

“Adanya holdingisisasi, maka pengambilan keputusan tentang aset perseroan sebagai sarana pengembangan bisnis akan menjadi lebih cepat,” katanya.

Pandu juga menjelaskan, holdingisasi adalah suatu pengelompokan usaha, baik yang ada pada sektor yang sama atau pun satu kesatuan rangkaian usaha yang dikelompokkan menjadi satu melalui proses aksi korporasi guna tujuan efisiensi dan efektivitas. 

Adapun dalam pengelolaan BUMN, kata Pandu, holdingisasi tetap diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan negara tak boleh kehilangan kendali pengawasan atas tata kelola BUMN. 
“Paradigma pengelolaan BUMN tak boleh meninggalkan prinsip dasar yang terkandung dalam pasal 33 UUD 1945 yakni tetap diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Karena itulah, jika sekiranya ada gerakan-gerakan yang justru melemahkan upaya yang dilakukan Erick Thohir saat ini, maka perlu dipertanyakan komitmennya terhadap Pasal 33 UUD 1945. Bahwa pengelolaan BUMN diarahkan untuk kesejahteraan rakyat, bukan orang ataupun kelompok orang.

Sejatinya, respon dan riak-riak gelombang yang muncul di internal BUMN akibat isu holdingisasi membuktikan bahwa ada kekhawatiran jika holdingisasi akan memperkecil jumlah direksi dan komisaris. Padahal, holdingisasi sebetulnya untuk kesejahteraan rakyat. 

Dalam situasi seperti ini, maka sangat penting untuk memberi dukungan dan apresiasi gerakan gerakan Erick thohir untuk membenahi BUMN. Apalagi selama ini, posisi Erick Thohir sebagai Ketua PEN juga telah maksimal melakukan sinergitas dengan kementrian dan kepala-kepala daerah. Ini terbukti dengan penyerapan anggaran yang semakin meningkat.

Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan Erick Thohir harus didukung dan penting buat Erick Thohir untuk tetap fokus tanpa menghiraukan kelompok-kelompok masyarakat atau individu yang tidak ingin adanya perbaikan di BUMN.

Daripada sibuk membuat gaduh, mending mengajak semua warga masyarakat untuk bersatu padu dalam menghadapi pandemi. Jangan mengganggu kerja-kerja perbaikan yang sedang dilakukan apalagi mengadu domba rakyat untuk tidak saling percaya. Saatnya kini, saling bekerja sama.

M. Muchlas Rowi
Dosen Pengajar di IBM Bekasi